Tentang Penjaga

Senin, 18 Februari 2013

Yahhh...inilah aku. Hanya penjaga pintu keluar dan masuknya.
Aku tak keluar, juga tak bisa masuk. Inilah aku, Si penjaga pintu.

Kau mungin tahu ceritanya. Tentang 5 tahun lalu, ketika nama Agung pertama yang kujaga pintunya. Akulah yang setengah mati memupuk bunganya yang hampir layu. Aku yang setiap hari menyiangi akarnya, menyirami daunnya yang layu. Aku yang menjaga dan merawatnya. Namun garis tanganku sudah seperti itu. Aku hanya penjaga pintu. Bunga itu tak mekar di tamanku. Kini aku tak tahu. Mungkin harumnya telah menyebar hingga pelosok tempat kediamannya. Mungkin kini dia telah mekar sejadi-jadinya. Tapi bukan di tamanku...Garis tanganku mengantarku jauh, menghilangkan jalan yang ingin kutempuh jika ingin melihat dia. Semua jembatan menuju dia sudah tak lagi untukku. Sebagian raib, sebagian runtuh. Aku masih termangu dalam berapa saat. Katanya "Hingga tiba WAKtuku". Tapi waktu untuk si penjaga pintu takkan tiba.

Kau mungkin pernah dengar. Tentang 5 bulan yang lalu, ketika nama Agung kedua kujaga pintunya. Kembali aku merawat bibit yang baru mulai tumbuh itu. Kembali kukerahkan seluruh yang kubisa untuk buat dia jadi yang terbaik dari yang dia bisa. Dari potensi yang Tuhan beri untuknya. Aku tersenyum kala dia tersenyum. Aku tertwa ketika dia sedih. Aku tertwa di depannya, agar dia tak sedih lagi. Kusimpan dalam-dalam luka yang kupunya dalam memegang setiap durinya. Kugenggam erat rantingnya yang lemah, biarkan ku patah, asal jangan dia. Sekali waktu aku tak tahan lagi. Dan saat itu kusingkap sedikt padanya tentang derita si penjaga pintu. Dia tergagu, dan termangu, dia tak sanggup untuk tahu dan mengerti. Sungguh lelah. Tapi kali ini aku pun harus terima. Aku hanya penjaga Pintu. Dan Kurasa pintu dia kini tertutup untukku. Aku tak punya kunci. Aku masuk saat pintunya terbuka. Mengetuk, hanya mengetuk yang kumampu. Mendobrak bukan watakku. Aku takut serpihan pintu dan engselnya akan melukai bunga yang tertanam disana.

Kini sebuah pintu didepanku terbuka. Aku tak yakin ada apa di dalam sana, meski dari luar sini jelas terasa hawa yang sama dengan pintu lain yang pernah kujaga. Hawa yang tak terlukiskan kata. Kali in aku terpaku dan bisu. Aku merindukan dia yang Kedua...Aku merindukanmu yang tahu aku rindu. Aku merindukan nama yang kedua, yang tahu aku membutuhkannya.

Namun kini pintu ketiga itu mengundangku masuk. Apa yang harus kulakukan?

Kurasa kali ini sudah jelas. Aku hanya Penjaga Pintu.

Tidak ada komentar:

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja