U MESS WITH A WRONG MOMMA

Kamis, 19 Juni 2014

Ibuku tadi hampir dijambret, udah dijambret siy... Cuman ranselnya bisa balik lagi. Laptop dan uang jutaan rupiah terselamatkan. Meski sekarang ranselnya di tahan di kepolisian, katanya mau dijadiin barang bukti. Penjambretnya so pasti babak belur. Tapi salut lah sama penjambretnya. Masak kan nih ya, ibu saya pake vario, itu ransel di taro diantara dua kakinya, tuh jambret nyambitnya keren pasti. "Koq bisa keambil ya? Koq bisa nyampe ya?" Ibu saya sampai sekarang masih terheran-heran dengan hal itu.

Jambret itu jumlahnya dua orang, yang ngehajar itu massa. Massanya bejibun, oh.. mereka babak belur. Begitu diseret ke kantor polisi, yang satu dah sekarat. Yang masih belum sekarat, kasihan banget tadi saya liat fotonya... Dia ngerawatin yang lagi sekarat, ya kawannya itu. Sekalian, kata ibu saya, dia juga bakal sekarat. Soalnya ntu pak pol pak pol kayak udah gemes banget ama para PENCURI ini, mereka sesekali dipukul sama polisi, di kantor mereka. "Mama jadi kasihan liatnya juga nak..." Kata ibuku, prihatin. Soalnya kan mereka para jambret ini digebukan  tiada bukan ya karena jambret ibu saya, kurang lebih lah ada andil ibu saya disitu. "Ampuni kami Tuhan.".

Pada waktu yang kurang lebih sama, yaitu tadi siang juga, saya sedang ada di tempat penjual telur, sedang beli telur. Punggungku enteng, ranselku kusimpan di motor di seberang jalan yang berhadapan dengan punggungku. Artinya, hanya 5 langkah dari tempatku berdiri. Beli telur ayam satu rak, harganya 35 ribu, katanya telur ayam ras, saya tak peduli. Selama bisa buat telur dadar dan nasi goreng, ya sudah saya beli. Setelah berbalik dan melangkah menuju motor, tampak sebuah pemandangan aneh. Bukan, gak mungkin tiba-tiba mantan saya muncul and mau nraktir saya bakso atau coto kuda, bukan juga tiba-tiba ada lahar meleleh dari bawah tanah.,.. anu... ituloh,.. Motor yang saya parkir itu koq keliatannya agak beda ya?

Ohya, ranselnya ndak ada. Saya cari-cari di penjual telur, ndak ada. Di samping, sekitar, sekeliling motor, ndak ada. Di got, sapa tau kecebur, nda ada juga. Wah kacau. Ransel ane ilang bro! Saya coba-coba nanya, ke penjaga warung dekat situ, dia bilang "Wah gak tau tuh, dek.. Daritadi saya disini, ndak pernah keluar-keluar.". Wah, malah curcol nih. "Kenapa memang ndak adek putar dulu motornya? Ditinggal seberang jalan lagi..ck ck ck...". Aseik, ane diceramahin... Tapi saya ingat betul hikmah yang ibu ini sampaikan "Yah... memang itu barang kalau mau hilang, ketemu juga lah jalannya....". Kata-kata ini saya dengar udah sering, tapi barusan ini terasa betul kedalamannya.

Di dalam Ransel itu ada Laptop, ada barang-barang lain juga tapi itu yang paling penting. Ohya, ada bukunya Aqram juga... Ada kitab saya dua. Ada fd 8 gb saya yang masih baru, ada kartu main yang belum pernah dimaenin, kecuali buat dijadiin alat peraga sulap amatiran. Kini mereka semua raib bersamaan. Yang paling pertama saya pikirkan Ortu. Anjrit, saya bikin sedih mereka lagi.. Ah, itu satu-satunya pemikiran yang mengganggu ketenangan saya, keikhlasan saya. Bahwa di laptop itu ada file-file tugas yang bejibun, di ransel itu ada KRS, fotokopian slip pembayaran, semua kekhawatiran untuk mereka itu datang belakangan.

Di tengah galau-galaunya, ada jin ifrit lewat, eh.. maksudnya saya Aqram. Dengan jaket warna biru muda yang mencolok itu, motor jupiter mx koplingan dan tanpa helmnya itu, dia berlalu, sempat menoleh dan melambaikan tangan padaku, kubalas. Lalu pemikiran yang kutunggu-tunggu tiba juga....Ah... Sudahlah, ikhlaskan saja, Bal. Saya pamit sama mereka, orang-orang yang kubikin ikut panik bersamaku. Aku naik motor, dan kupacu ke arah yang sama Aqram tadi menuju... ke arah rumahku, Aku mau pulang saja... telpon ibu, lapor, dimarahi, main Clash Of Clans bentar, lalu tidur.

Ternyata kujumpai Aqram sedang parkir depan warung, habis beli sayur dan lauk. Dia panggil kusamperi, kuceritakan yang baru saja terjadi... Dia ajak saya kerumahnya, makan. Saya ikut saja. "Ndak usah lapor dulu Bro, supaya ibumu ndak kaget.." Kata dia sok bijak. Saya juga sok merenung. Hapeku lobet. 1-0 untuk skenario Aqram. Saya minta pinjam hapenya, peluang Skor buat skenarioku. Hape Aqram ndak ada pulsa. Hasil Akhir 2-0 untuk skenario Aqram. Aku pamit pulang, dia terus ke kampus. Dasar emang orang sok sibuk dia.

Di Rumah, langsung dicegat dengan pernyataan tiba-tiba dari Bibi "Bal, tadi Mama nelpon cariin kau... Nda tau juga kenapa..". Wah... kedengarannya gawat. "Coba Bi, saya pinjam hapenya". Kutelpon ibu, wah.. dijawab sibuk ma mbak telkomsel. Yasud, hape saya kembalikan. Hidup berjalan normal. Dan lalu setelah maghrib, kudengar ibu pulang... Dan tahulah saya, ternyata ada cerita yang paling pertama tadi. Ibu jadinya ndak terlalu marah. Ranselku itu penolak bala ransel Ibu. Ibu menceritakan kisah kejambretannya dengan seru. Beliau mengejar motor Jupiter mx mereka, dengan varionya... Rem katanya tak lagi dihiraukannya, ketika teriakan "Maling.. Maling..." tak lagi dihiraukan, tersisa "Allahu Akbar!" dan kepalan tangan terangkat beliau yang menggantikan. Ah Ibu, anakmu di seluruh dunia takkan pernah berhenti kagum padamu.

"Mereka, waktu Mama kejar, sering noleh-noleh kebelakang... Mungkin mereka gak nyangka mama kejar wiihh..ibu itu ngejar!".....

Well... Bro, it's unfortunate, but U MESS WITH A WRONG MOMMA.


Mimpi Seperti Itu...

Selasa, 03 Juni 2014

Aku masih terus penasaran, dengan wajahmu... Kapan aku bisa berhenti mengatakan wajah itu cantik, karena jujur saja, kadang saya terlampau lelah untuk mengingatnya. Sepertinya terlalu banyak ruang yang kau ambil. Dan aku mau senang-senang saja sekarang, saat mengingat bahwa kau itu sudah betul-betul memaksa dirimu menghilang dari pandanganku. Tulisanku kali ini tentang wanita yang pernah kucintai lagi... hahahaha, tema kesukaanku, tema yang paling sering kutulis.

Saya tak mau kalian tahu nama, silahkan tebak-tebak saja, tulisan kali ini pun hanya campuran dari mereka semua.. Karena sejauh ini, aku belum lupa. Mereka semua terlalu cantik, teman-teman. Silahkan kata-katai aku sebagai, pemuja nafsu, pecinta semu apapun itu. Aku laki-laki yang cukup beruntung untuk menemui mereka, dan cuku sial untuk akhirnya berpisah dengan mereka. Satu dari mereka, menyiksaku lebih sadis dari kata "Berpisah". Mereka semua ini, pernah kupertimbangkan untuk jadi istriku, ibu anak-anakku kelak.. Tapi sejauh ini semuanya bukan.

Mereka semua ini begitu mudh didekati, ya bangsatlah aku, tapi mereka itu para aktris maha ulung, pesohor di tingkat masing-masing. Dan aku ini lugu, selugu orang lugu dungu. Dan aku ini mau saja jatuh cinta pada mereka. Dan akhirnya saya melakukan kesalahan, mereka punya alasan angkat kaki. Ah... angkat kakilah kalian, biar saja tak usah ada akhirnya... bukan yang pertama juga saya dikasi begini. Yoi, mamen, saya sakit. Katanya sih, sebagian mereka juga.. ya  okelah sama-sama sakit. Peace-peace,... keep smile.

Lagu, puisi, cerita, curhat.. ahhh semua itu cuma kubangan muntah raksasa. Sini kublender rame-rame semua yang terjadi diantara kita, dan kita coba kita makan sama-sama... rasanya getir, pahit, sepat... tapi kau dan aku akan memakannya sampai habis, sampai tak bersisa. Dan ketika kita selesai, kita sekali lagi akan terduduk diam sementara. Seperti jeda yang kau beri padaku waktu itu, menunggu memencet tombol yang akan meledakkanmu.. Dan aku menangis. yah.. Kalian boleh duduk menangis bersamaku, tapi yang kutahu lebih banyak dari kalian bangkit lagi... Perasaan bersalah itu memenuhi dadaku, aku ingin panggil kalian semua lagi. Tapi mimpi seperti itu akan memberiku utang yang terlalu banyak. Jadi disinilah kita...

Semua sudah terlanjur rusak. Kalo boleh, aku sangat ingin tahu jawabannya... "Sudah kau temukan, kah.. cinta sejati itu?"

Dan MUNTAHLAH!

Hari ini, bagian malamnya.. tepatnya dimulai dari setelah maghribnya, adalah hari yang sangat menjengkelkan.Ya, menjengkelkan. Setelah selesai shalat maghrib, saya pulang kerumah, bersandar di lemari kacadekat dapur, dan tidak bergerak sama sekali sampai iqamat isya selesai. Saya seperti kesurupan, atau mungkin begitu. Seperti ada yang berkata, "Apa yang kau lakukan disini? Apa yang kau lakukan disini? APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?!!". Anjrit banget, ah.. Mungkin itu karena saat itu saya cuma bersandar menonton adik-adik saya memasak, lalu pikiran-pikiran tentang betapa hebatnya mereka menerpa diriku, dan perasaan ini membesar...sampai titik dimana aku mau saja menggas full motorku sampai tertabrak, sampai terbang. Begitulah... Sepanjang perjalanan diatas varioku aku terbahak gila, menangis, sesenggukan ancur... Aku mulai mengeluarkan geraman-geraman sembarang yang aneh.

Kisahku memang tak bisa  kutulis lurus-lurus, itu bukan gayaku. Yang kubagi bukan langkah-langkah, jarang seperti itu. Yang kubagi itu rasa, gambarannya, dan kau akan paham jika tiba saatnya, mungkin, mungkin tidak. Karena biarpun kuceritakan, kurasa tidak akan ada apa-apa yang sampai padamu, karena memang bukan itu, bukan itu yang biasanya kubagi. Sekarang, otakku malah meraung-raung, mereka mendesakku bercerita! Wanjjiiiirrr! Ndak bisakah kalian ini diam dan ikuti saja mauku? Baiklah kuikuti mau  kalian. Jadi, tadi aku pertama kali merasa hancur begini itu waktu di atas motor ada muncul perasaan seperti ini "Adikku keren banget, saya mau disamping dia terus, ah..bukan, saya mau dia disamping saya terus..." Start.. Mental saya singkatnya labil, adik-adikku ini, terutama yang satu ini, membawa tekanan yang terlalu kuat! Gila, saya akhirnya harus ngaku, saya mau kayak dia juga! Ah,.. Kalian menang.. kalian menang.. Oke.

Sebenarnya tidak ada ilmu, pengetahuan yang selalu aku percaya.. jarang sekali, maka saya ini rasanya tidak bisa menjadi ilmuwan. Tapi tadi, aku membuktikan teori yang mengatakan, suasana hati bisa mempengaruhi keadaan fisik. tarikan, desakan, dorongan jiwa ini saling grasak-grusuk, menumpang-tindih.. Kepalaku tidak sakit, tapi tubuhku rasanya kosong. Mungkin itu sensasinya kesurupan. Angin malam yang menghujam dengan kecapatan motorku yang beradu-adu, terasa sepele, sangat sepele.. Semua sepele! Tak ada lagi yang penting.. Huuuuuuuuuuuuu ... Semua tiba-tiba geser, yang kulihat kosong! Di depan saya, ndak ada apa-apa lagi! Masa depanku ndak kelihatan lagi! Mimpi-mimpi itu jadi sepele.... Gue gila! Gue gila! Ahhh! Motor ini tak tahu apa-apa, dia maju terus. Dan aku sampai juga di kost temanku. Dalam perjalanan itu, ada sekitar 2-3 kali aku menimbang kata "KEMANA?"

Wah... Roda ini, kemana kau mau pergi? Motor ini, dengan kecepatan 60 km per jam, mau kemana? "kau mau kamana, bal?" Kau mau apa? Ndak ada, saya ndak tau mau kemana, ndak tau.. ndak tauk... saya DIMANA? Kamu siapa? Apa ini? Apa INI? Semua pertanyaan-pertanyaan buatan ini, terus berputar-putar menyesatkanku.. sampai aku tiba depan rumah temanku. Dan saya akhirnya harus berhenti juga.. Kegilaan ini akhirnya jeda... Bukan henti, tapi jeda.

Beberapa hari lalu, guru menulis bilang bagusnya tulisan ada solisunya, jangan masalah terus. Aku sadar yang lebih sering kuketik, dan kutuliskan untuk kalian hanya masalah, dan lebih banyak pertanyaan. Baiklah, mari kita memberi kalian solusi. Solusiku... milikilah sebuah laptop, usahakan lumayan besar, usahakan milikilah uang cukup untuk masuk warkop yang ada wifi. Masuk, dan bukalah laptopmu, masuklah ke internet.. Dan MUNTAHLAH!
 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja