Terlepas Terbebas

Minggu, 13 April 2014


Saat itu aku sedang berjalan. Motor matic yang selalu setia menemaniku terparkir tak jauh di belakang sana, kehabisan bensin. Kuparkir sesukaku di pinggir jalan setelah lelah kudorong beberapa lama, jika ada polisi yang iseng-iseng lewat dan melihat motorku begitu, sudah pasti aku ditilang, sim ditahan, stnk ditahan, motor ditahan. Biarlah, lagipula aku tak punya rencana kembali kesitu. Jadi jika kelak diantara kalian ada polisi, atau pelaku curanmor yang menemukan motor itu, terserahlah mau kalian apakan motor itu, kuikhlaskan. Angkut saja.

Sambil terus berjalan entah kemana, aku tertunduk menatap aspal dibawahku. Dulu di SD, nilai-nilai raportku termasuk diatas rata-rata, meski jarang ranking 1 prestasiku termasuk gemilang. Terbukti dari seringnya si ranking 1 (dan teman sekelas lainnya---SEMUANYA) menyontek PRku, menyontek ujianku, bahkan menyontek catatanku. Kejadian seperti ini tak berhenti di sd, tapi terus berlanjut ke SMP, lalu SMA. Akhirnya aku tak tahan, mulai naik SMA kelas dua aku memaksa diriku BERHENTI PINTAR, aku mulai berusaha bodoh. Tapi ternyata sulit juga, karena sejak dahulu aku memang sudah malas belajar, namun tetap saja aku pintar. Apa yang harus kulakukan ya supaya cepat bodoh? Petualanganku untuk menjadi orang bodoh pun dimulai.

Aku mulai bermain di kelas saat penerimaan materi, aku perlahan menyeringkan bolos, aku mulai rajin main ps, sampai di puncaknya aku menyontek dalam 90% ujianku. Oh, jangan kau tanya, Saat itu aku begitu bangga! Tak bisa kulupakan tatapan kagum teman-temanku saat terpana melihat caraku menyontek. Karena tak seperti mereka yang semalaman membuat kertas contekan, aku tanpa basa-basi dan bertele-tele membuka buku catatan bahkan kadang buku cetak, di tengah ujian, dalam mencari jawaban. Semua ini sejauh pengetahuanku, tanpa tetangkap oleh guru manapun. Aku PUAS! Tapi tidak untuk waktu yang lama.

Saat kuperhatikan susunan angka di raportku, kekecewaan maha besar menguasaiku. Membuatku mengumpat dalam hati sekeras-kerasnya. Ternyata nilai-nilaiku juga tak jauh di atas rata-rata. Sementara nilai para pecontek lain melambung tinggi diatas sana. Aku muak! Dan akhirnya aku memaki-maki sejadi-jadinya melihat betapa orang lain yang nilainya berada di bawah garis rata-rata malah terlihat bahagia dan puas, bahkan saat memegang raportnya. Entah kenapa. Sudahlah, aku menyerah jadi orang bodoh, ternyata jadi orang bodoh memang sulit. I quit from being STUPID. Namun jalan garis takdir menampakkan tanduknya, aku sepertinya terlambat menyadarinya. Terlambat sadar dari kebodohan.

Hari berlalu mengganti minggu, minggu berlalu mengganti bulan, bulan berlalu mengganti tahun dan aku masuk kuliah. Ternyata usahaku waktu sma kemarin untuk jadi orang bodoh terlampau keras, sehingga hasil usahaku itu terukir keras jauh dalam sanubariku, aku telah menjadi orang yang berisi BODOH! Kelas perkuliahan jadi nampak memuakkan setelah beberapa kali dilalui, meski tentu awalnya aku sempat begitu bergairah. Nampaknya memang seperti itu untuk semua mahasiswa baru. Aku tak tahan! Lari ke tempat ps, warnet dan tempat karaokean jadi pilihan utama. Tugas-tugas yang hadir kukerjakan suka-suka, sistem copy paste sudah pasti jadi jalan utama. Malam-malam begadang tak jelas diluar rumah mewarnai hari-hariku. Dan tentu tiba hari-hari bolos kuliah. Maka cerita aku yang menetap dalam rumah sakit kebodohan kembali bergulir kencang. Tapi bukan cuma itu berita buruknya. Sudah kubilang tadi kan? Aku punya Motor MATIC.

Berulang kali jatuh dari motor karena suka kebut-kebutan sepertinya lebih melukai hati orang tuaku daripada tubuhku. Tentu, mereka menasihati sebisa mungkin, dengan cara sebaik mungkin. Namun sudah dasarnya bodoh, aku tak terlalu peduli, sedikit sesal tentu hadir ketika melihat mata ibu berkca-kaca, tapi ketika angin jalanan menggelitik wajahku, tak bisa kutahan tangan kananku untuk memutar gas lebih kencang. Kaca spion hanya ada untuk menangkal gangguan polisi, fungsinya sudah terlupakan. Rem tak bisa berbuat banyak manakala jarak dan kecepatan begitu tak seimbang, kecelakaan demi kecelakaan terus berlanjut. Dan pada saat bersamaan, jauh di lubuk hati kusadari, masa depan kuliahku terancam.

Nampaknya Tuhan memang Maha Tahu. Salah satu buktinya, dia tahu kegalauan yang melandaku. Dalam salah satu rapat yang kuhadiri, yang diadakan oleh perkumpulan jurusanku, terjadi keajaiban. Entah setan atau malaikatkah yang dikirim Tuhan waktu itu, intinya aku kesurupan. Aku yang saat itu hanya hadir dalam fungsi meramaikan, alias cuma pengikut rapat minor, malah berperan aktif dalam menyampaikan usul dan saran, dan---gilanya----juga kritik. Tak dinyana lagi, aku dipilih jadi ketua kegiatan itu. Ampun! Merasa sudah melaksanakan tugasnya, setan atau malaikat yang tadi merasukiku pergi dan mengembalikan kesadaran orang bodoh, entitas sementaraku saat itu yang langsung berteriak; CILAKA 13! Tapi aku tak cukup gentleman untuk menarik kembali semua kata-kataku tadi dan meminta mereka membatalkan penempatanku sebagai ketua. Apa mau dikata, nasi sudah jadi bubur, sudah dikecapi pula, makanlah!

Sepanjang persiapan yang berlangsung kurang lebih sebulan, otakku seperti dipelintir dan diperas. Tak sadar aku mulai sering ke kampus yang otomatis membuatku sering menghadiri kuliah. Karena ini kegiatan kampus, maka secara tak disengaja dan mau tak mau, hubunganku dengan dosen kembali diperbaiki. Semua urusan tentang transportasi, sertifikat dan lain-lain menyibukkan aku dan teman-temanku sehingga tak ada waktu ke tempat ps, warnet, apalagi karaokean. Kecuali tentu untuk beberapa urusan aku harus ke warnet, tapi hanya itu. Titel baruku sebagai Ketua Kegiatan membuatku hampir gila. Ya, ketika persiapan telah seperempat berjalan aku mengundurkan diri, yang mengundang protes keseluruhan dari semua yang terlibat. Namun syukurlah bukan hanya protes yang kutuai dari kejadian pengunduran diri itu, tapi juga sumpah setia mereka akan sepenuh tenaga membantu. Ini kurang lebih memberiku amunisi baru. Aku kembali maju.

Setelah semua rangkaian kegiatan ini selesai, terasa ada yang berubah dariku. Kuliah tidak menjadi kembali menarik, tapi rasanya salah kalau melewatkannya. Intinya kebodohanku perlahan sembuh. Namun sepertinya Tuhan juga Maha Ikut Campur, nampaknya dia belum selesai denganku. Kali ini aku betul-betul disuruh meninggalkan diriku. Aku terpilih untuk berkuliah setahun di luar negeri. Sensasinya seperti nyawa yang dicabut paksa dan dipindah ke tubuh orang lain. Setahun di luar negeri bersama orang-orang yang betul-betul berbeda kembali membawaku ke tahapan renungan yang selanjutnya. Apa itu orang pintar? Apa itu orang bodoh? Mana yang lebih baik? Mana yang akan bertahan? Mana yang bahagia?

Pertanyaan ini kubawa pulang sampai tanah air dalam keadaan belum juga terjawab. Kuliah kembali terasa membosankan, namun dengan alasan yang sama sekali bukan kemalasan. Justru aku sekarang merasa membuang-buang waktuku dalam kelas, dengan mengikuti perkuliahan aku merasa bodoh. Apakah bukan kebodohan ketika kita beradu argumen dengan menyajikan 3 teori yang persis sama akar dan tujuannya? Dan untuk mengejar sarjana? Sarjana apa!? Aku sekarang terlampau muak, melebihi sebelum-sebelumnya. Gas motorku yang kencang kini kembali menemukan defenisinya, dialah luapan emosiku yang berlebih. Pencair kebosanan yang telah berlarut-larut. Tempatku lari dari topeng-topeng palsu penipu dan pecontek.

Maka ketika akhirnya bensinku habis dan motorku tak mau lagi berjalan. Tak perlu lagi kutengok dompet atau kantongku, adakah uang disana untuk mengisi bensin. Aku hanya mau terus diterpa angin, terus bergerak, terus berpindah, jalan kakipun cukup untuk itu. Sepatu pantofel bututku menghantam keras aspal dibawahku, yang tak juga mencair sekeras dan selama apapun aku menatapnya. Keringat mengalir deras di bawah terpaan matahari, tasku terasa berat di punggungku tapi langkahku terasa ringan, sangat ringan. Aku terasa terbang. Nampaknya Tuhan memang Maha Cerewet... Semilir angin panas jalanan seperti berbisik keras-keras; "Kau Bebas!".

 

Makassar

Kamis. 13 maret 2014.

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja