SuperHero

Jumat, 20 April 2012



Aku masih ingat. Ketika suatu hari aku pulang dari kampus naik Motor. Pengendara motor tentu bukan cuma aku seorang. Ada banyak sekali pengguna motor di jalan. Dan tentu bukan cuma motor yang memakai jalan, ada mobil juga. Ada becak juga. Ada Bemor juga (Becak Motor).

Jadi, Karena begitu banyaknya kendaraan yang melintas di perempatan dekat kampusku, dan perempatan kampusku itu bukan hanya pusat kendaraan, namun juga pusatnya jalan rusak. Ditambah ruasnya begitu sempit. Maka, pak polisi menggunakan semacam palang untuk menertibkan perampatan yang notabene tidak memiliki sarana Lampu Merah (Kuning, Ijo) ini. Palang itu, terdiri dari.............waduh Aku tak tahu apa namanyi itu yang dibikin jadi palang. Itulho...yang semacam segitiga itu, tepatnya kerucut! Ya. Kerucut!Ahhhh.. setelah ngobrak-ngabrikin Google, tahulah aku. Namanya Traffic Cone! Jadi traffic cone itu dirangkaikan pakai tali. Jadilah sebuah palang fleksibel.


Nahh. itu dia gambarnya traffic Cone. jadi, bagian atasnya diiket pakai tali. Salut buat para pak Polisi, karena palang ini bekerja dengan baik. Meskipun kadang membuat keki beberapa pengguna jalan (contohnya aku), karena jalurnya dialihkan sedikit, tehnik pngaturan ruas jalan ini lumayan mengurangi kemacetan.Kaetika aku akan melewati palang-traffic cone inilah, aku melihat insiden itu!

Seorang bapak-bapak yang sebenarnya biasa-biasa saja. Tangan dua, kaki dua, iya. Kulit agak legam, tanda bahwa bapak ini pekerja keras. Celana pendek, lupa warnanya tapi spertinya warna gelap (tak penting pula sebenarnya aku menjelaskan ini). Tapi dia pahlawanku. Bukan superman, atau spiderman, atau batman. Bapak inilah pahlawanku. Dengan mengendarai sebuah sepeda motor tua.

Coba lihat dia. Coba lihat bawaannya! 2 karung besar dia pangku diantara 2 pahanya yang tentu telah melemah. Dan beberapa karung besar juga terikat disisi belakang. Dialah! Dialah yang diapit barang bawaannya. Dan saat aku sejenak tercenung melihat dia, aku juga memerhatikan. Dari atas motorku yang berjalan, sedangkan motornya berhenti. Karena ban depannya melindas salah satu dari traffic cone yang dirangkainkan oleh polisi. Saat itu. Rasanya aku ingin turun saat itu, dan membantu bapak ini mendorong motornya yang tentu tersangkut disana dan sulit ia dorong sendiri. Tapi aku tak juga melakukannya. Aku hanya mengenangnya sebagai seorang superheroku. Sepurhero yang mungkin tak menyelamatkan dunia, namun menyelamatkan dirinya dan keluarganya. Yang menyelamatkan harga dirirnya, untuk tak jadi peminta-minta.

Ya, mungkin saat itu aku tak membantunya karena aku telah menganggapnya sebagai superhero. Aku tak tahu bagaimana nasib bapak yang tak aku kenal itu. Juga tak jelas kuingat wajahnya. Tapi yang aku tahu. Tadi pagi, semua trafficcone telah berdiri tegak melaksanakan tugasnya. Menertibkan kendaraan yang lalu lalamg. Namun, kalau kau mau memerhatikan lebih dekat. Kau akan menemukan bahwa traffic cone yang tengah, agak sedikit penyok. Itulah tanda tangan Superhero ku.



Irnawanti

Rabu, 11 April 2012

Guwe Tumpahkan Semua kegalauan guwe disini. Tempat yang mungkin gak bakal dijangkau oleh dia. Oleh Irnawanti Abnurah.

Irnawanti adalah nama yang sedikit aneh kan? Biasanya Irnawati, ato Irawati. ini Irnawanti. Memang banyak yang bilang kalo kata irnawanti sedikit unik. Di bagian wanti nya itu kan? Gw ktemu dgn org yang bernama Irnawanti ini kalo gak salah ingat sekitar 4 tahun lalu, di kota ini. Kota Makassar.

Gue gak mau irna tau kegalauan gue karena dia bakal jengah, n Mandek. Dia mungkin udah sejak lama jengah n eneg sama tingkah laku gw yang gak bisa santai kalo deket-deket ma dia. (Liat fotonya aja gue salting). Terlanjur merasa dicintai, itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan kegalauan guwe. Parah deh pokoknya.

Gak punya kata-kata yang rasa-rasanya tepat buat ngegambarin cerita ini. Juga gue rasa bakal sulit banget dipahami.

Jadi Ceritanya gue ketemu ma Irna nih di Acara pelatihan di Makassar, tepatnya di UNM Parang Tambung. Irna tuh manis, kecil-kecil orangnya, trus tegar. Ditinggal mati oleh ibu sejak kecil, dipelihara oleh bibinya dan dibesarkan dalam keadaan diperebutkan oleh keluarga bapak n Ibu. Hidup Irna bikin gue terkesan (jujur fisik n tutur katanya juga gue suka). Kelakuannya polos, dia tegas. Untuknya, sebuah batas hubungan adalah batas, kata yang ia keluarkan adalah penetapan, dan Cukup Tuhan yang 1 itu yang bisa ngubah.

Herannya, dalam Acara pelatihan itu gue ama nih anak Akrab banget. Ngobrol bedua di Taman kalo lagi waktu Istirahat, sampe lupa kalo masih ada agenda acara yang mau dihadiri. Jalan bedua di benteng Rotterdam, udah kayak orang pacaran, tapi enggak. Gw ma irna gak pernah pacaran. Gak dulu, n gak juga sekarang. Pas gw beli nomor hp (gw waktu itu gak bwa hape, sama temen2 gw yang dari pesantren saat itu), dia minta nomor hape gue. Malemnya gue pinjem hape irna karena mo ngaktifin nomor gue, entah gimana hape Irna tuh gue pegang sejak malam itu sampai hari terakhir Acara Pelatihan. Gw inget waktu itu dia ngingetin gue satu hal, "Ada satu folder yang gak boleh dibuka". Dan sumpah demi nama Tuhan yang 1 itu, gw gak pernah buka folder itu. Maka sampai sekarang gw masih sedikit penasaran. Apa isi Folder itu.

Irna banyak curhat ma guwe waktu itu, salah satunya ya tentang keluarga n prinsip hidupnya, juga pengalaman pacarannya yang ternyata banyak banget, beda ama gue yang waktu itu baru 1 kali pacaran (itupun lewat telpon) n udah putus pula. Waktu itu dia katanya dalam keadaan lowong, jomblo. Irna waktu itu gak pernah tertawa lepas n gak pernah tepuk tangan, dia heran waktu gue nanyain hal itu, karena cuma gue yang menyadari hal itu dan dia iyakan. Ya, dia memang gak bertepuk tangan dan tak tertawa lepas, juga duduknya tegak. Gw emang sering merhatiin Irna. Sejak hari itu gw merhatiin semua orang, kadang terang-terangan, lebih sering-sembunyi-sembunyi. Gw sekarang gak tahu Irna masih gitu ato gak, tapi katanya di telpon wktu aku telpon (iyalah), katanya sejak bertemu ma gw, dia jadi lebih sering ketawa n gak pacaran lagi. Entahlah, semua itu benar ato gak, Gw sekarang udah gak punya kesempatan untuk menanyakan itu lagi sama dia ato temen-temennya, juga gak punya lagi kesempatan untuk memeperhatikan Irna kayal dulu. Gw sekarang gak tahu di mana dia tinggal. Meskipun 3 bulan lalu gue masih bisa bertatap langsung ma Irna.

Sejak acara pelatihan itu berakhir, secara teknis, gue ma Irna memang gak bisa tatap muka lagi. Aku di Bone, dia di Bantaeng. Tapi telpon n sms tentu punya maksud sendiri untuk dicipta. Maka yang terjadi-terjadilah. Tulisan dan suara, menggantikan kata dan kehadiran. Awal yang manis. Tapi gw tahu berkemabang ke arah yang tak menyenangkan. Kebosanan mungkin selalu tantangan terbesar dalam sebuah hubungan jarak jauh. Mengalahkan rindu.

Irna tanggal lahirmya 26 juni, 1993, tuaan sebulan dari gue yang 26 juli 1993. Kecocokan tanggal yang  buat              gw sedikit berpikir optimis "mungkin ini memang suratan takdir". Tapi itu hanya angka-angka. Apakah faktor ini ikut ambil andil dalam hal menjauhnya Irna dari gw, gw gak tau. Gw cowok culun n bisu di depan Irna yang kecil n mungil ini. Irna juga pernah ngaku lewat telpon kalo dia, sejak ketemu ma aku, jadi gak suka lagi pake celana panjang, apalagi celana pendek. Entah dia wktu itu keliru ngomong, ato dia emamg cepat berubah, yang jelas ketika gue nganter dia ke UNISMUH beberapa bulan lalu, dia pake celana panjang. Tapi seingatku, dia memang cewek berkerudung. Saat gue konfirmasi ulang pengakuannya dulu, dia cuma bilang entahlah. Ya, Entahlah. Entahlah apa yang terjadi antara kita sekarang Irna. Antara Gw ma Lo. Entahlah.

Entahlah, dengan cara apa gue bisa menyambung tali hubungan gue ama nih anak. Facebook? Fb yang sekarang dia pakai, adalah buatan gue, udah dia ubah passwordnya, jadi gak bisa gue apa-apain lagi. Aq berteman ma dia di Fb. Tapi lebih seperti orang tak dikenal rasanya. Gue pernah ngirim-ngirim pesan ma Irna, tapi gak ada yang di bales. Mungkin karena alasan yang tak gw tahu. Mungkin emang gak dia baca waktu tau kalo yang ngirim ternyata adalah Iqbal Sahawi Muhammad. Orang yang dihindarinya. Apakah betul dia menghindar dariku? Benarkah? Entahlah. Kenapa ya? Entahlah. Tak ada penejelasan dari dia. Ahh...!!Gue hampir lupa. HApe? Ajaibnya, dia, terakhir kali gue ketemu 3 bulan yang lalu, tak punya hape. Juga tak punya nomor hape. Seorang Pelajar Diploma 3, bertempat-tinggl di Makassar, berasal dari Bantaeng, dan tak punya keluarga besar di Makassar, tak punya hape. Kenyataan yang sempat buatku sedikit heran tentunya. Tapi bahkan gw pernah berkeputusan untuk tak berhape (dan memang kulakukan), tapi aku memang tinggal dengan keluarga. Maka biarlah, dengan berbagai pertanyaaan masih bercokol di kepala, kuterima hal ini sebagai sesuatu yang wajar.

Sampai sekarang. Setiap malam, setiap hari, gw masih mencoba mengingat-ngingat, dan menduga-duga, apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada yang kulewatkan. Tentu banyak yang terjadi dalam 3 tahun terakhir, ketika dia gak di samping gue, gak dalam jangkauan mata gue. Fotonya masih gue pasang sebagai wallpaper gue. Di leptop gue masih banyak gue simpan fotonya Irna. Meski dah jarang gue buka. Setiap buka Fbqu, gue bakal singgah di halamannya, meski cuma gue liat-liatin. Gue seneng kalo dia ngupdate status or ngupload foto di Fbxa. Berarti setidaknya fb yang gw bikinin ada gunanya juga buat dia, meskipun orang-orang bilang, bikin fb, apa susahnya sih?. Gue gak lagi comment2 statusnya. Karena menurut pengalamanku, itu malah bakal bikin dia males buka fb. Juga gue hapus beberapa Comment gue yang gue rasa gak seharusnya gue tulis.

Gue rasa, udah saatnya melepaskan harapan gue yang kayaknya egois itu. Gw yakin koq. Gw juga bukan orang yang buruk. Irna cuma belum ngeliat gw aja. Dan memilih pergi sebelum melihat guwe.


Kemarin. Kamis (5-6 APRIL 2012, GUE LUPA)

Kamis, 05 April 2012

Pagi yang agak boring sebenarnya, karena dimulai dengan kegiatsn yang paling menyebalkan buat gue, menunggu. Apa yang kutunggu? Kenapa? Itu bukan sesuatu yang menurut gue enak dibahas, tapi gw kasih gambaran besarnya.

Uang, Tupperware. Kata pertama itu mungkin dah tenar, terkenal, n familiar so pastinya. Nah, kata kedua itu salah satu jalan untuk bertemu dengan yang pertama. Kan ada tuh, acara di Tv (kalo gak salah di Trans, gak tw trans yang mana), Tupperware She Can! Di situ sih gak terlalu ditonjolin Tupperware sendiri apaan, tapi yang ditonjolin She Can!nya. Tupperware adalah sebuah merek bisnis, yaitu jual beli barang. Barang yang diperjualbelikan, emang umumnya Produk-produk rumah tangga yang notabene adalah urusan Ibu-Ibu. Maka dari itu, bisnis ini sekitar 99% powernya adalah dari Perempuan. Bisnisnya Ibu-Ibu, katakanlah seperti itu.

Menurut gw, yang kayak Tupperware inilah Multi Level Marketing yang sesungguhnya. Meskipun gue sendri juga gak tau, defenisi Multi Level Marketing tuh apa (mungkin lo bisa tanyain ma anak ekonomi, atau sekalian menteri Ekonomi, tapi, sejatinya anak Filsafat ma menteri Agama selalu lebih tau segalanya). Sistem Tupperware nih sederhananya gini, lu punya modal, gabung jadi anggota trus nyetok barang. Barang lu jual, kayak sales gitu, trus lu bisa narik anggota, anggotanya lu bisa suruh nyetok barang langsung ke kantor, ato ama lu aja kalo lu emang punya modal barang. Anggotanya otomatis terdaftar di bawah lo, maka segala aktivitas anggotanya poinnya masuk ke lo. Makin banyak anggotanya, lu bisa naik pangkat setelah melalui beberapa syarat. Trus gitu, trus gitu, trus Gituuuuuuuuu…. Teruusss… Trus ada bonus deh, keluar negeri deh, gitu dehhhh…. Tapi, satu tanda petik, lu tetap kerja, tetap jual-jual, tapi kalo dah besar, lu bisa di rumah aja kan. Orang yang datang ke kamu, ato sekali kali lu keluar ambil barang di kantor. Ato ke mall, ato ke pasar, gak mungkin lah di rumah trus. Sampe sekarang Tupperware dah jadi sebuah Perusahaan Raksasa.

Tupperware besar, bukan karena backing iklan yang kuat, tapi promosinya emang berasal dari kepercayaan konsumen n karyawan, atau konsumen sekaligus karyawan. Barangnya tuh kotak-kotak plastik, gelas-gelas plastik, botol-botol plastik, piring-piring (juga plastik), juga ada 1 set peralatan masak, (ada yang plastik ada yang bukan, iyalah, masa ada wajan dari plastic?). Intinya nama merek dagang Tupperware ini identik banget ma plastic. N bukan sembarang plastic, plastic  Tupperware! Ada tiga prinsip nya Tupperware yang emang ibu-ibu banget, For Home, For Health, For Life!. Iya gak? Ibu-ibu banget kan? (terutama di For Homenya itu). Tapi slogan ini bukan sekedar slogan. Tupperwarwe, produknya emang asli sehat, asli hemat, n jelas asli awet. Tahan banting, kedap udara, n non toxic adalah kualitas utama produk-produk Tupperware yang dah santer di dengar, n sejauh ini memang seperti itulah kenyataannya (kedap udara yah buat produk yang punya tutup saja lah, masa iya piring yang gak ada tutupnya mo dibilang kedap udara juga? Or sendok, masa sendok harus kedap udara juga?).

Nahh, dalam kaitan Tupperware ini gue nemenin ibu gue.

Namanya OH (opportunity hour). Semacam perekrutan terselubung gitu. Hehehe. Rame, lumayan. Barusan gue liat Mama q bisa jadi Mc. Gw tugasnya duduk diluar nerima tamu. Banyak peristiwa menyeramkan terjadi coyy.!! Contohnya ada anak-anak nangis di depan gue, nyariin mamanya (hiii,… serem). Ingusnya leler kemana-mana, mulutnya mangap, huaaa, huaaahh….*suara nangis, trus keringat bermunculan, seremmm. Kasihan, kasihan. Kasihan gue. Dikiranya gue yang bikin nangis. (Seserem itukah muka ku?).

Terdengar suara duhur berkumandang, Mama gw tau gue mo ke kampus, gw di kasi in kunci motor “Tenang, mama bisa ikut temen koq kalo mo pulang”. Sebenernya malas ke kampus juga sih, tapi ya udah, gak tau mo ngapain juga sih.

Udahh, gw cabut, kerumah dulu, ganti baju kaos ama baju kemeja, trus ganti sandal ma sepatu (dosen gue galak banget kal berurusan ma ginian). Dalam hati ku takut ku terlambat, nyatanya ku menunggu dalam penantian cukup panjang ketika sampe di kampus. Keki.

Dalam penantian, ada salah sorang teman pingsan. Gak ada yang panic or histeris, dah langganan dia gitu. Tapi tak lantas ditinggalin begitu saja lah.

Dosen datang, temen yang pingsan dipindah ke pojokan, bersama dua dayang (ehh, maksudnya yang ngerawat) nya yang setia. Soal dibagi. Gue kerjain, selesai. Udah. Pulang. Temen gue yang tadi pingsan dah sadar juga.

Udah. Segitu aja deh dulu. Jum’atnya (hari ini), libur deh.

Kerenn!! Cukuplah.

Lo boleh bilang gw nih termasuk diantara salah satu orang yang terbuang, atau, sebenarnya gw yang pengen dibilangin kayak gitu. Kenapa? Lebih ber filosofikah? Ya dan gak. Ya, mungkin lebih berfilosofi, gak, karena sebenarnya bukan itu alasan guwe. Gw Cuma mikir, itu keren aja. Cool gitu, berasa tinggiiiiiiii banget, jauhhhhhh……

Gilak e?

Gak papa, udah biasa gue dibilangin kayak gitu. Kenyataan kayak gitu yang banyak nyebar sekarang. Udah kedengeran keren, selesai, biarlah tak tahu makna dari sebuah kata, asal kedengeran keren cukuplah. Asal udah keliatan keren, cukuplah. Cara pandang yang sungguh praktis, ringan, n berbahaya. Supaya kedengeran keren, grupnya dinamain Illuminati, ciehhhhhh kerenn! Vaksinasi, cieeehhhhh kerennn!! Overbagasi, ciehhhhhh berat ni yeeeeeee.

Tanktop, ciiiiieehhhhhh kerennnn! Hotpants, cieeeehhhh kerennnnn! Jilbab, cieehhhhhhh, apaan tuh?

Guys (cieehhhhhhh, kereennnn!!), guwe (ciehhhhhhhh, kereennnn!!), kapan ngomongnya nih? (cieehhhhh kerennn!). Stop!! ciehhh kerennya dah selese e? (ciieeeehhhhh marahhh eeeee!!!). Cukup, atao gue pecat lo jadi editor (oke, oke). Nah, gitu dong, kan enak. Tulisnya jadi lancer.

Guys! Gue pengen nyeritain ama lo semua sebuah cerita. Udah susah mikir dulu, jadi ngarang.

Dulu, si Kancil (yg terkenal dengan kepintarannya) punya banyak sekali teman. Tapi sekarang dah gak lagi. Menyebar rumor yang penyebarannya dah kayak tumor, bahwa ini terjadi karena kepintarannya dah hilang!! Kecerdasannya juga!! Kepandainnya juga!! Tetapi Panda tidak (Panda nyelonong aja, bosen jarang disebutin, n emang lagi kurang kerjaan).

Tapi, setelah dibentuk tim peneliti untuk meneliti hal ini (Tim Peneliti ini tak pernah dibahas dalam rapat DPR, jadi bisa saja tim peneliti ini illegal), ternyata ditemukan fakta lain, bahawa sekarang para Buaya dan Macan tak lagi memakan daging, tapi memakan buah tomat dan tauge, juga remah-remah roti. Para peneliti mulai mencari keterkaitan hal ini dengan hal yang tadi.

 “Sapa tauk terkait to?”, kata salah satu dari peneliti yang tak mau disebutkan namanya. Laporan ini kami dapati dari wartawan yang juga tak mau disebutkan namanya. “Cerita ini akan semakin tidak jelas, jika banyak tokoh terkait yang tak mau disebutkan namanya!” Komentar salah satu pejabat hutan yang berkuasa, yang juga tak mau disebutkan namanya. Maka setelah pertimanbangan matang-matang (bahkan pertimbangannya hamper saja hangus jika tak diangkat, oleh seseorang yang tak mau disebutkan namanya), dibentuk lagi sebuah tim, untuk memetakan semua nama dari tokoh yang terkait dengan cerita ini.

Tammat. Judul ceritanya Indonezzzaku.

26 huruf

Gue selalu kagum ama cerita. Terutama ama para penulisnya. Sebuah cerita tuh bisa mengungkapkan ribuan perasaan, emosi, harapan, mimpi, hanya dengan susunan dari 26 HURUF, gak lebih, mungkin kurang.

Gue sendiri kalo mo nulis cerita, gue senengnya nulis yang udah ada aja. Gampang kan? Sisa di ubah-ubah dikit, tambah sana, tambah sini, kurangin sana kurangin sini.

Dan terkhusus, gw jga bakal seneng banget kalo bisa menulis cerita tentang kehidupanku dengan baik. Gak perlu gembar gembor besar, cukup sebuah crita kecil yang mungkin hanya aku sendiri yang puas dengannya. Tapi tentu lebih seneng lagi gue, kalo cerita sederhana gue bisa dipake buat memperbaiki hidup orang lain. Dan gue tertarik banget ama sebuah dunia sacral yang penuh lakon filosofis membumi, komedi namanya. Terlebih setelah gue nemu yang namanya Stand Up Comedy.

Kadang gue heran, kenapa komedi laku? Yang gue percaya, setiap barang yang laku tuh punya nilai tinggi men. Seperti emas, kan laku tuh. Tupperware, laku juga tuh, nilainya cenderung tinggi karena ramah lingkunga dan awet, lagipula garansii seumur hidup pula, tentu ada kasus tertentu (selanjutnya tentang Tupperware, lo bisa hubungi 085342579906). Lalu nilai apa yang dibawa ama komedi?

Menurut yang gue yakini lagi nih ya, komedi yang terbaik tuh komedi yang lahir di dunia nyata ini, makin deket n lekat ama kehidupan real, makin kuat aromanya n makin lucu. Dari sini gue menyimpulkan kalo Komedi tuh samar samar ngebawa nilai Filosofi. Meski gak kayak Mario Teguh Golden Ways, Ato kayak buku 7 rahasia rejekinya Ippho Sentosa, Komedi juga bahan motivator kuat koq. Stidaknya pesan paling dasar yang dibwakan setiap komedi “Se ancur ancur apapun kehidupan yang sekarang lo jalanin, lo masih bisa ketawa, n gak ada yang berhak ngelarang lo!”. Iya, biar kata nih ya lo lagi anyut ama air banjir sambil lagi meluk gedebong pisang, masih ada juga yang bakal ngetawain lo.

Gue tuh panasaran banget, gimana rasanya bisa nerbitin buku novel bikinan sendiri. Gue juga penasaran, gimana rasanya berdiri di atas panggung Stand Up Comedy, apa bener rasanya kayak ngupilin hidung Babon Cewek yang lagi galau, kayak kata katanya Acho? Sampe sini coba lu stop baca, trus ulang lagi dari awal. Gw yakin lo gak bakal ngelakuin itu. EEIIIIIiiiiitssss!! DAh terlambat!, tapi oke, gue kasih lo waktu. Oke udah? “Ahh.. Bodo Amat”, oke, terusin aja.

Kenapa gue nyuruh lu baca ulang dari awal? Supaya lu bisa nemu kalo ternyata materi gue udah lebar banget. Dan supaya gue bisa nyambung ma loe kalo gue bilang “OKe, materinya dah terlanjur melebar nih, sekalian keluar aja yah?”. Nahh itu alasannya. Gue anggap loe dah paham.

OKe, materinya dah terlanjur melebar nih, sekalian keluar aja yah?

Nahh, ngomongin Stand Up Comedy, gue udah mark beberapa Comic yang termasuk Gokil, sebenarnya semuanya dah termasuk Gokil, tapi ada yang dosis kegokilannya dah lebih tinggi, n kegokilannya tuh orisinil banget. Mereka para killer yang gak bisa ngebiarin para Audiens mereka buka mulut kecuali buat ngakak, karena sumpah mareka emang lucu-lucu banget. Gue sebenarnya pengen nyeritain mereka, tapi terlalu berbelit-belit rasanya, n lebih baik kalo lo pada yang cek sendiri. Comic ama Penulis cenderung punya kesamaan, yaitu sama-sama pengen ngebagi suatu cerita ama materi. Bedanya semua data yang dibawa para Comic itu cenderung dipertanyakan kesahihannya (iyalah, masa survey bisa ampe cipinang segala, n bukan main-main sob, yang diteliti tuh perbedaan antara Laki-laki ama Banci di penjara).

Darah di ubun-ubun dah mau beku nih, Mata-mata dah berat, gak tau juga sih nih, sekarang dah jam berapa yah?
Gue masih pengen nulis lagi.
Tapi dah kehabisan materi nih kayaknya, Ato mungkin dah ada, tapi ama otak gue di sembunyiin dulu karena dia nya dah mau tidur.
Tuk, tuk, tuk..
Tuh, dah kedengeran otak gue ngetuk ngetuk dari dalam. Udahhann@!!!)(*7^%%, gitu katanya.
Pusing nih mo nutup pake Apaan, ehh.. tadi tuh filmnya Pirates Caribean yang keberapa ya?
Kayak kedua deh? Apa pertama ya? Black Pearl tuh nama orang apa kapal sih?
TUk, TUK, TUJk, tuk, tukk!!!
Iya, iya, iaya!! Bentar bentar, dah closing nih!.
TOKLKKK!!!! TOKK!!! TOKKK!!!!
Oke, oke.. Sekian dulu, (nah, cocok kan, bukan sekain kan? Yass!!!!)
TOOOO…. Wassalam.
 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja