Sudahkan Siapnya?

Sabtu, 21 Desember 2013

Sering saya bertanya-tanya, apa alasan saya melakukan bersih-bersih? Karena alasan itu katanya perlu untuk memberi semangat tambahan pada apa yang kita kerjakan. Jawaban yang saya dapatkan ternyata macam-macam. Aku cinta kebersihan? No, think again. Aku senang membantu orang lain? Hm, Close but still no.. oke.. Maybe. Cari muka? Nah... So damn close!! But I have a feeling, i'm not that bad, am I not? Jadi.. Tebakan terbenar saya sampai saat ini adalah, NOTHING PARTICULARLY... Gak ada alasan. I just do it coz I feel like doing it. And That's all. Is it the end of conclusion? Well guess again.

Ternyata gak sesimple itu. Bersih bersih itu kerja berat lho.. Berat di badan, berat di hati juga. Jadi kenapa ada orang (saya) yang mau melakukannya tanpa alasan khusus? Mungkin saya merasa sedikit terbebani karena memang kurang bantu-bantu di sudut lain, but still.. Nobody tell me to do it... I just do it. Mungkin karena saya memang tidak punya pekerjaan lain yang penting alias kurang kerjaan, mungkin mata saya gak suka liat sampah dimana-mana, mungkin saya pengen orang orang yang ngotorin itu malu, mungkin saya pengen dipuji sama orang yang liat saya kerja... Whatever... Masih mungkin juga. Tapi okelah saya kasi kamu bocoran. Saya lakukan itu karena saya kesepian. What the heck is there a reason like that? Well U know what? Wellcome to my life!

Ada ketentraman batin yang hadir sedikit setelah saya menyelesaikan tugas bersih-bersih sendirian. Ada kepuasan tersendiri yang saya dapatkan melihat kebersihan yang dihasilkan oleh tangan saya sendiri. Ada sudut sepi yang sakit yang secuil terobati melihat saya bisa sedikit berbuar baik dengan bersih-bersih itu. Ada kesenangan yang hadir saat melihat semua beres tanpa harus memerintah orang lain. Ada ketenangan yang menjelma selalu saat merasa tahu tak perlu lagi mendengar keributan orang lain yang melakukan bersih-bersih. Saling minta tolong (merintah) satu sama lain, gejolak emosi perlahan yang gak penting dan rasanya gak perlu hadir. Semua itu hanya untuk memenuhi hasrat indah sepiku dalam mimpi tidur panjang yang sebenarnya juga gak bagus-bagus amat. 

Jadi itulah beban orang yang selalu saja merasa hidup sendirian. Haus akan rasa percaya orang lain tapi tidak bisa sepenuhnya percaya siapapun. Kecewa jika dinomor duakan padahal jarang sekali menomor satukan orang lain. Kecewa jika tak dipedulikan padahal sering menampik yang datang. Senyumnya manis tapi palsu, tawanya menggema tapi kosong. Lawakannya lucu tapi ragu, tangisannya pedih tapi malu.




Hari Pertama, Iya.. Kayaknya.

Kamis, 12 Desember 2013

Enam jam di Bus, bersama 8 teman Kenitra lainnya. 3 cewek, sisanya cowok, lelah.... Lelah sekali. Tapi begitu sampai di Marakech, tubuh dan pikiran, mental dan jasmani, bisa perlahan terisi kembali. Tapi kuberitahu apa saja yang tiba bersama denganku di Marakech. Ada sakit gigi yang tabah mengikuti dari awal perjalanan sejak di kenitra, diikuti Perut kembung yang hadir perlahan diantara deru mesin dan angin sepoi Casablanca, dan dilengkapi dengan kehadiran sakit kepala yang merengkuh dengan penuh semangat seiring hadirnya panorama bata merah Marakech. Muntah? Oh... Sudah pasti.

Pertama kali muntah itu saat pemberhentian sementara di Marakech sebelum pemberhantian terakhir. Saat itu duhur sudah masuk, Adzan baru saja berkumandang saat saya dan seorang teman turun dari bus mau cari WC untuk membuang hajat pribadi (buang air kecil) sekalian buang nasib buruk (hehe). Nah.. Di dalam WC yang kita temui itulah.. disitulah itu, terjadilah...yang namanya muntah. Setelah memberi 2 dirham pada pemilik warung yang tadi kita tumpangi WC-nya, kita menuju bus lagi, sudah akn berangkat lagi soalnya. Ketika kami naik.. beberapa saat kemudian bus lepas landas. Ohya, teman yang tadi menemani saya namanya Farhani. Saat bus lepas landas tadi, Suroso dan Nizar (tokoh lainnya), hampir ketinggalan karena sedang beli telur rebus dulu. Saat Roso  akhirnya berhasil naik, Nizar masih menunggu kembalian. Masih sempat kami nikmati tontonan perdebatan seru antara Nizar dan si penjual telur. "Awalnya mau saya ambil saja telur 10 buah karena takut ketinggalan bus, tapi takut mubazzir ah...Makanya nda jadi. tak tunggu sekalian kembaliannya.. " Begitu katanya ketika akhirnya naik juga di bus. Jauh sebelum muntah dan berhentinya bus, saat bus baru saja masuk di pos peristarahatan sementara yaitu perkelahian antara kernet kami dengan salah satu penumpang... Sayang sekali mereka meneruskan perkelahian mereka di bawah, mereka berdua turun dari bus! Dan saya tak sempat merekamnya.. Oke Lanjut!

Kota yang bus kita lewati dalam perjalanan, setelah meninggalkan Kenitra, adalah Rabat lalu Casablanca. Nah, di Casablanca ini juga terjadi perkelahian seru yang untungnya sempat saya nonton sebagian besarnya. Perkelahian antara (awalnya) 2 penjual tiket, (kerennya) terjadi di atas bus kami, lalu (dengan antusias) diikuti oleh penjual karcis lainnya. (Hebatnya) kernet kita terlibat untuk melerai. Yang menarik juga di Casablanca ini terminalnya lumayan luas... Luas... luas... Luas.... luaaaasssss... Sudah. Oke, ramai juga si... Dan lalu, kayaknya itu aja si semua tentang Casablanca. Oke mundur!

Di Rabat, nah di Rabat,... Apa di Rabat? Nah.. Kita cuma numpang lewat di Rabat.. Sayang sekali ya? gak seru banget Rabat ya? Ya Iya, kita cuma lewat.. Yah.. Ada penumpang naek turun Si, cuma gitu doang ah... Ohya, Ada sedikit misi telpn menelpon antara Aldi-Nizar (tokoh dari pihak kenitra) dan Fauzan-Hasbi (tokoh dari pihak marakech). Andddddd That's All bout something in Rabat.

Dan untuk sesuatu tentang Marakech... Yah.. Yang itu pantas juga diceritakan ya? Jadi gini! Kita mulai darimana ya? Dari sampainya kita di rumah teman-teman di Marakech, jalannya kita Jami El-Fanna, ato kita simpen untuk besok saja? Kan kan? Udah besok ajalah.. Udah malem.. Oke-oke, seenggaknya kita selesaikan hari pertama kan? Hm... Lumayan panjang lagi kalo begitu! Ya udah.. Nanti mungkin saya tulis lagi. Heheh...

Salam Selalu.....
Selamat Selalu....


Sakit Kepala? Yhuh!!!

Minggu, 08 Desember 2013

Setidaknya setelah shalat dhuha tadi saya berdoa "Ya Allah, seenggak-enggaknya biarkan saya habiskan omelet yang sisa semalam...". Dan sekarang saya sedang berjuang mewujudkan permintaan saya itu, dan sejauh ini Tuhan masih membiarkan saya sedikit menikmati, sedikit menderita...Tapi ujung-ujungnya tetap saja tidak sanggup saya habiskan omelet sisa semalam itu. Saya tawarkan pada teman sekamar saya yang langsung mengiyakan dan segera melahapnya habis. Lalu saya terpikir "Saya betul-betul lapar".

Saya senang karena teman-teman menyisakan makanan untuk saya makan, tapi sakit gigi ini sama sekali tidak memberi banyak pilihan makanan, dan sayangnya makanan yang disisakan untuk saya itu juga tidak masuk kategori. Maka saya terpikir untuk beli mie instan saja, makanan yang tidak terlalu menuntut saya untuk mengunyah. Tidak lama setelah itu saya keluar, mengunjungi toko yang saya tahu menjual mie instan. Toko pertama buka, tapi tutup sementara... (teralinya dipasang) (mungkin penjaganya sedang pergi shalat Ashar), toko kedua tutup, nampaknya untuk seharian full. Jadilah saya terus berjalan saja menyusuri jalanan. Sebenarnya niat saya keluar kali ini bukan sekedar untuk nyari mie instan, saya tadi juga sengaja mengantongi banyak uang receh. Saya meniatkan diri untuk sedekah sedikit, berharap dengan itu sakit gigi saya bisa mereda. Tapi sepanjang jalan saya cuma nemu satu pengemis. Saya beri lalu saya jalan pulang lagi. Kembali saya menyusuri rute mie instan tadi, ah... Toko yang buka tapi tutup sementara itu sudah buka lagi, dan saya beli 2 mie instan. Lalu saya pulang ke rumah.

Di rumah saya ambil periuk dan masak air. Karena tidak ada korek untuk menyalakan kompor gas, saya ambil kertas selembar (sepertinya tadinya kertas itu penting), saya bakar kertas itu di penghangat air yang juga berlokasi di dapur. Sulit, sulit sekali... Tapi berhasil juga mempertahankan nyala kertas itu sampai akhirnya sampai di mulut kompor. Menyalalah gas, dan akhirnya bisa masak air.beneran. Masak air, seduh mie instan. Jadi ingat masa-masa sekolah dan kuliah waktu di Indonesia. Meskipun belum tamat kuliah sih...hehe. Mienya enak, tapi perut saya sedang tidak enakan, saya hampir tidak bisa menghabiskan Mie tadi. Tapi saya habiskan juga. Saya sempat melirik nasi ayam yang disisakan buat saya, "Bagaimana kalo nasinya di campur dengan mie?" Tapi saya urungkan, saya takut tidak bisa menghabiskan mienya. Setelah mie nya habis, saya bersiap shalat ashar. Saat itu teman-teman yang lainnya sedang sibuk-sibuk bersiap mau berangkat ke pengajian sore. Kegiatan kami. Tapi saya tidak menyiapkan diri, beberapa teman yang mafhum dengan keadaan sakit gigi saya tidak lagi bertanya, tapi ada satu juga yang basa-basi mengajak "Ikutan ngaji bal? Udah sembuh kann.."."Kayaknya gak ikut bro, belum bisa... Udah mendingan si.."

Setelahh ritual shalat Asharku selesai, saya ngobrol dengan teman yang juga gak ikut ngaji sore di masjid. Kita ngomongin soal-soal standar pemikiran remaja kayak kita-kita ini. Ya cinta, ya cewek, ya sudahlah... Aduh,.. Kepala saya sakit! Bye bye...

Salam Selalu...
Selamat Selalu...

Maen Rubik

Jumat, 06 Desember 2013

Tertanggal 6 desember 2013, jam 11:11 siang.. saya belum tidur dari tadi malam...

Alasannya klasik, simpel dan sangat mafhum sama sekali.. Sakit gigi. Adalah teror mengerikan, saat anda di kasur, di bawah selimut, daerah sekitar anda bersuhu 3 derajat celcius, yang lain sudah pada tidur, gelap, dan anda sakit gigi! Sementara jam telah menunjukkan pukul 2 dini hari lewat, dan terus bergerak.. Belum tidur sama sekali.. Padahal besok jam 2 siang anda punya kuliah, dan bukan sekedar kuliah biasa, UJIAN LISAN pula... Bahasa Arab/Inggris... Dan disitulah saya, tergeletak sakit gigi dan sedikit lapar, dan yang lebih parah lagi, tanpa Paracetamol dan Antalgin!!! (2 merek obat yang sering saya pakai untuk menangkal sakitnya itu sakit gigi). 

Jika suhu seramnya tidak bisa anda rasakan (yang memang tidak juga saya rasakan), setidaknya ada bau samar penderitaan yang tercium dari sepenggal paragraf pertama diatas. Dan itu kisah nyata! Sakit gigi ini berlokasi di gigi belakang bawah sebelah kanan. Gigi inti yang saya pakai untuk mengunyah saat makan. Kadang ada dilema timbul, apakah saya tambal saja? Apakah saya cabut sekalian? Nyatanya saya biarkan saja begini. Total sudah bertahun-tahun saya mempertimbangkan ini tapi belum ada kesimpulan sama sekali. Sekarang saya jadi mau nonton film sajalah. Karena untungnya sakit gigi ini tidak begitu terasa jika saya sedang beraktifitas.. (padahal yang saya butuh sekarang itu tidur!).

Sekarang blog saya lagi yang inputnya rada error. Entah kenapa dia tidak berfungsi sebagaimana yang normalnya ia biasanya. Mungkin ada pengaturan yang salah atau entah apa, dan saya tidak tahu juga bagaimana memperbaikinya. Saya barusan menguap, mungkin anda juga. Saya mengantuk dan bosan... Saya mau nulis sesuatu yang meledak-ledak meski tenang. Memusingkan memang, tapi saya harap disitulah bisa jadi seninya tinggal. Tidak apa-apa tidak masuk akal, asal keren dan enak dikonsumsi berarti pasar siap menerima, karya anda diakui. Benarkah begitu? Salah tak mengapalah...

Masuk paragraf empat saya niatnya start gila lagi, mumpung sudah ada lampu hijau di paragraf ketiga. Tapi benarkah ini peragraf keempat? Bukankah satu garis kecil pembuka di awal sana juga dihitung paragraf? Maka yang ini jadi paragraf kelima. Sekalian paragraf penutup kalo begitu.. Karena saya mulai kehilangan nafsu menulis akibat baru saja mendengarkan perdebatan menyebalkan dari dua orang yang jahat dan rakus di dapur tadi... Mereka itu kriminal tingkat lapis bawah, yang tipis seperti layangan, gesit seperti belut, dan menyebalkan persis koruptor. Persilatan lidah mereka berdua tidak membuat kita tertawa seperti Abu Nawas, meski bisa jadi sama cerdasnya, karena yang satu ini bikin ingin muntah dan kadang bisa sampai menghilangkan nafsu makan saya. Buktinya, saya langsung tarik selimut dan "Caik" kata itu keluar... Kasar tapi tipis sekali, semacam pembalasan dendam pada mereka karena sudah menggugurkan nafsu menulis saya. Yah... Inilah penutupnya.

Salam Selalu.
Selamat Selalu.

Ah! Selamat Selalu!

Kamis, 05 Desember 2013

Hari ini saya lumayan senang, kayaknya emang harus bahagia. Sudahlah, biar air mata darah turun, tenggorokan keselek tusuk gigi, gigi sakit karena bolong parah, nampaknya mengeluh tepat tidak memperbaiki apa-apa. Jadi tak apa menangislah. Muka ini jelek, badan ini gemuk, celana kesempitan, baju kotor bertumpukan tetap bukan alasan untuk berkeluh-kesah lantas malas ngapa-ngapain. Jangan malas! Boleh rajin tidur, rajin maen game, rajin makan, tapi jangan MALAS. Bahkan saat suhu di kota/desa kamu telah mencapai 3 derajat celcius, lantai tehel/tegel terasa seperti balok es, air yang keluar dari keran terasa seperti keluar dari freezer, tetap malas tidak membawa efek positif sama sekali. Jadi bergerak, menulis, membaca, nonton film, makan, duduk-duduk sambil nyanyi, baringan sambil tereak-tereak, masih bagus.

Paragraf baru seharusnya berarti ide baru, sesuatu yang memang misah dengan paragaraf sebelumnya. Jika sebelumnya kita bicara soal 1, maka di paragraf berikutnya kita boleh bicara tentang 2. Tapi juga tidak apa-apa jika tidak seperti itu, kan? Toh warna biru dan hijau yang betapa jelasnya masih sering tertukar di lidah dan mata beberapa orang (banyak), sama kasusnya seperti kata hati dan jantung yang sangat sulit ditemukan relevansi di kehidupan nyatanya dan di dunia kedokterannya (kedua kasus ini sepertinya cuma di Indonesia). Paragraf baru juga sepertinya dimaksudkan supaya mata pembaca tidak jenuh dalam memandang. Ada seni keindahan tersembunyi yang memanjakan mata di satu kata kecil seperti paragraf itu...Meski pargraf juga agak nyebelin bagi penulis pemula sperti saya jika terlalu pendek. Kesannya saya seperti kekurangan bahan dan malas menulis (padahal iya). Disitulah mungkin mengapa nulis itu sulit sekali.

Seringkali saya katakan atau tuliskan atau ketikkan dalam tulisan saya bahwa "Menulis itu Sulit". Saya paham mungkin ini penyebabnya. Menulis berbeda dengan bercerita dengan mulut. Menulis beda dengan ngobrol, bicara. Menulis itu seperti berkata-kata sendirian, ada sensasi gila yang terwajari disini. Kadang tanpa sadar menggelitik otak kita, ada sebuah pertanyaan muncul "Hal mengerikan apa ini yang sedang saya lakukan?". Dan kadang gelitikan itu mensentak tangan kita dan disitulah saya berhenti menulis. Tapi ada pula yang mengabaikan gelitikan itu, terus maju.... bahkan ada yang menganggap gelitikan itu malah gas tambahan yang membuat dia melesat semakin kencang.. Orang-orang gila seperti Maha Guru Radit atau Pak Andrea Hirata mungkin paham ini. Saya hanya penulis pemula yang sempat menyicip kemanisan menulis tapi masih belum kuat menahan pahitnya. Masih panjang jalannya untuk diakui orang lain, meski sudah ada beberapa yang memuji.

Lihatlah ini, sepanjang jalan tadi saya ngawur seperti kumur-kumur obat sakit gigi. Tapi di tengah situ tiba-tiba koq saya jadi resmi dan terarah? Hehehe.. Padahal waktu masih solat tadi rencananya mau ngulas tentang kejadian demam Candy Crush yang lagi mewabah di rumah, yang sampai sepertinya bakal mengakibatkan demam betulan. Karena main Candy Crush bisa sampai bkin naik darah kalo gak naik-naik levelnya. Sering-sering naik darah bisa bikin pembuluh darah bengkak, apalagi salah satu korbannya ada yang memang punya darah tinggi. banyak pekerjaan terbengkalai karena Candy Crush. Seperti nyuci baju, nonton film ato ngisi blog.. hehe

Jadi intinya hari ini banyak kejadian yang terjadi meski sebenarnya hari ini saya tidur dari pagi sampe sore. Pas bangun langsung Solat duhur, mumpung asarnya belum masuk, Setelah solat duhur adzan Ashar langsung menyambut, dan shalat asarlah saya mumpung belum batal wudhunya, soalnya malas wudhu lagi... Berhubung airnya sangat dingin. Lalu saya baca komik, Buka puasa, Solat Maghrib, Dibaan... Ada acara makan-makan juga.. Soalnya tasyakuran yang baru pulang haji lagi dirumah. habis Tasyakuran (makan-makan) ada sedikit nyanyi-nyanyi.. Gitaran... Dan Sekarang.... Habis Shalat isya, di tengah nonton film dan main Candy Crush.. Saya tamatkan dulu tulisan ini....

Salam Selalu,...
Selamat selalu.....

I Got Confused

Rabu, 04 Desember 2013

Dua cerita fantasi yang sedang kugarap sedang dalam masa tak aktif, sudah lama tak kuisi. Bahkan sekarang aku kehilangan alur cerita yang kutulis sendiri itu... Kisah tentang Roki dan Firapu. Mereka berdua adalah tokoh utama dari dua zaman berbeda, dan dari 2 kisah berbeda pula. Mereka berdua bisa dikunjungi di http://dd4217bz.blogspot.com/ untuk Roki dan di http://firapu.blogspot.com/ untuk Firapu. Mereka pasti sekarang sedang bosan malas-malasan bersama teman-teman mereka yang juga sudah kureka-reka. Alur cerita yang lumayan Absurd dan semoga keren hadir dari kompleksnya bahan bacaanku. Harry Potter karya J.K Rowling, Twilight karya Stephenie Meyer.. dan banyak lagi.

Jadi sekarang biarlah saya tulis apa-apa sajalah. Jadi setiap hari itu ada saja kejadian yang sebenarnya asik sekali untuk diceritakan. Meski sulit untuk menceritakannya lewat tulisan. Siapa saja dimana saja bisa jadi pelawak hebat tapi tidak terkenal, yah... gak selalu karena gak nulis sih. Nah loh? Jadi hubungannya apa. Udahlah pokoknya gitu deh.. Gak usah mikir yang njilemt njlimet dulu.. Cuma deadline mo menuh-menuhin blog ini koq. Memang sih kalo mau jadi penulis ya harus serius katanya. Sudah harus latihan nulis dengan baik dan benar, harus berani dan tahan nulis yang bener-bener. Siap bosen, siap nguras pikiran dan bla bla bla. HARUS SIAP CAPEK, DAN HARUS CAPEK!! TITIK!

Saya tahu itu benar betul.. Mimpi ini bukan mimpi mudah, tapi disinilah saya dengan pedenya ngaku saja "Saya Mau Jadi Penulis".. Dengan nada seperti mau ditraktir donat terus bilang "Saya mau yang Coklat".. Semua kerumitan mimpi ini membuatku merasa agak ngeri, deh. Tapi memang terbukti juga akhirnya, mimpi saja gak cukup buat keren, harus BANGUN. Dan melakukan sesuatu. Umurku sekarang 21, sudah cukupkah bahan yang saya punya untuk ngejar mimpi ini.. Sanggupkah? Pantaskah? Sempatkah? Saya mau bikin karya seni tentang hidup, di tulisan bagus juga, kan?

Tapi seperti besi ikat pinggang yang perlahan karatan, semangat saya juga bisa auuusss.s.. .. Lenyap nguap meruap. Ah.. Benarkah mimpi memilih? Benarkah Pemimpi DIPILIH? Teori siapa? Pengen dong ngobrol panjang sampe pagi terus ngakak kayak orang gila, makan mi rebus ato mi goreng.. Nasi goreng juga boleh.. Asal yang merah. Saya suka yang Merah, yang khas Jawa Timur. Meskipun katanya kurang sehat. Oke.. Jadi semangat saya ternyata auss.. Mimpi saya terasa makin jauh, waktu gak punya waktu untuk kompromi. Dan saya iri, Men. Iri sama kesuksesan orang-orang yang lebih tua dari saya, bahkan yang lebih muda juga ada. Bukan iri pada apa yang mereka dapatkan (oke, itu juga si), lebih condong iri ke Orangnya. "Gilak! Mereka koq bisa ya! Saya juga pengen bisa dong!!!! Please God!! Help MWEWW... " Nah.. Sperti itu iri saya. Semoga iri yang sehat yah, Sodara-sodara...?

Cara tulis seperti ini sudah dipopulerkan oleh sang Maha Guru Raditya Dika. Dan dicampur sedikit gaya ceplas ceplos nya Andrea Hirata. Jadilah ini tulisan tulisan gado-gado ngawur gaya Iqbalisme. Pokoknya asal blog ini keisi. Tunggu saja, 3-4-5-6-7-8-9-an tulisan kedepan bisa jadi berbau sama. Semoga kalian yang (koq bisa bisanya ) jadi pembaca setia gak jenuh. Karena saya Iya. Jadi sebnernya wajat kalian jenuh juga.

Huh.. Hidup ini rumit yah/? Ada mimpi, ada cinta. ada keluarga. Mereka semua seakan minta jatah dari kita. Semuanya Dibagi-bagi dijatah.// lama lama sumpek. Tapi ternyata tak pelak harus diakui, begitu pula yang saya lakukan sama orang. Diam-diam saya minta ditolerir, diam-diam saya minta dikagumi, diam-diam saya minta dipuji, diam-diam saya minta dicintai, diam-diam saya minta dilayani. jadi sebenarnya tak jauh beda ya, sama mereka yang sengak sombong tak tahu diri, tolol songong sok perkasa dan nyebelin itu? Bedanya cuma di titik publikasi dan data. Kalo mereka lebih sering terlihat dan terdengar jelas, punya saya cuma kemresek hilang datang timbul tenggelam.

Start-nya tadi apa sudah jelas bodo amat. Sepanjang jalan banyak paku duri.. gak papa. Ngehindar saja. Ini saya mulai pegang muka. Ini sudah ngawur sekali betul. Kasihan kalian yang baca. Kasihan blog saya juga sebenarnya. Saya sering baca ulang tulisan saya sendiri. Tersenyum.. lalu termenung.. Kadang mengira-ngira... Ada jugakah yang tersenyum di paragraf ini sperti saya sekrang? Uh.. Adakah yang tahu paragraf ini ada? Ah.... Terlalu melankoli sebenarnya, tapi iya... Saya penasaran respon pembaca gimana? Tapi saya ini bukan siapa-siapa, belum. Pengen juga jadi penulis.... Pengen Nulis Cerpen... Pengen nulis Novel... Pengen dipuji cerpennya.... Pengen dibaca novelnya.. Pengen dikoment. Ujung-ujungnya.. yah... pengen diakui...

Lalu?

Salam Selalu.......
 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja