Maen Rubik

Jumat, 06 Desember 2013

Tertanggal 6 desember 2013, jam 11:11 siang.. saya belum tidur dari tadi malam...

Alasannya klasik, simpel dan sangat mafhum sama sekali.. Sakit gigi. Adalah teror mengerikan, saat anda di kasur, di bawah selimut, daerah sekitar anda bersuhu 3 derajat celcius, yang lain sudah pada tidur, gelap, dan anda sakit gigi! Sementara jam telah menunjukkan pukul 2 dini hari lewat, dan terus bergerak.. Belum tidur sama sekali.. Padahal besok jam 2 siang anda punya kuliah, dan bukan sekedar kuliah biasa, UJIAN LISAN pula... Bahasa Arab/Inggris... Dan disitulah saya, tergeletak sakit gigi dan sedikit lapar, dan yang lebih parah lagi, tanpa Paracetamol dan Antalgin!!! (2 merek obat yang sering saya pakai untuk menangkal sakitnya itu sakit gigi). 

Jika suhu seramnya tidak bisa anda rasakan (yang memang tidak juga saya rasakan), setidaknya ada bau samar penderitaan yang tercium dari sepenggal paragraf pertama diatas. Dan itu kisah nyata! Sakit gigi ini berlokasi di gigi belakang bawah sebelah kanan. Gigi inti yang saya pakai untuk mengunyah saat makan. Kadang ada dilema timbul, apakah saya tambal saja? Apakah saya cabut sekalian? Nyatanya saya biarkan saja begini. Total sudah bertahun-tahun saya mempertimbangkan ini tapi belum ada kesimpulan sama sekali. Sekarang saya jadi mau nonton film sajalah. Karena untungnya sakit gigi ini tidak begitu terasa jika saya sedang beraktifitas.. (padahal yang saya butuh sekarang itu tidur!).

Sekarang blog saya lagi yang inputnya rada error. Entah kenapa dia tidak berfungsi sebagaimana yang normalnya ia biasanya. Mungkin ada pengaturan yang salah atau entah apa, dan saya tidak tahu juga bagaimana memperbaikinya. Saya barusan menguap, mungkin anda juga. Saya mengantuk dan bosan... Saya mau nulis sesuatu yang meledak-ledak meski tenang. Memusingkan memang, tapi saya harap disitulah bisa jadi seninya tinggal. Tidak apa-apa tidak masuk akal, asal keren dan enak dikonsumsi berarti pasar siap menerima, karya anda diakui. Benarkah begitu? Salah tak mengapalah...

Masuk paragraf empat saya niatnya start gila lagi, mumpung sudah ada lampu hijau di paragraf ketiga. Tapi benarkah ini peragraf keempat? Bukankah satu garis kecil pembuka di awal sana juga dihitung paragraf? Maka yang ini jadi paragraf kelima. Sekalian paragraf penutup kalo begitu.. Karena saya mulai kehilangan nafsu menulis akibat baru saja mendengarkan perdebatan menyebalkan dari dua orang yang jahat dan rakus di dapur tadi... Mereka itu kriminal tingkat lapis bawah, yang tipis seperti layangan, gesit seperti belut, dan menyebalkan persis koruptor. Persilatan lidah mereka berdua tidak membuat kita tertawa seperti Abu Nawas, meski bisa jadi sama cerdasnya, karena yang satu ini bikin ingin muntah dan kadang bisa sampai menghilangkan nafsu makan saya. Buktinya, saya langsung tarik selimut dan "Caik" kata itu keluar... Kasar tapi tipis sekali, semacam pembalasan dendam pada mereka karena sudah menggugurkan nafsu menulis saya. Yah... Inilah penutupnya.

Salam Selalu.
Selamat Selalu.

Tidak ada komentar:

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja