Malam Introspeksi

Rabu, 19 November 2014

Badanku gemetaran, entah kenapa. Tapi jika memang mau mengingat-ngingat, sore tadi itu saya terguncang luar biasa. Hidup terasa kembali hampa, seperti sebuah perjalanan panjang sia-sia. Sang Dosen menasehati kami secara halus, betapa pentingnya membaca buku pelajaran, betapa penting belajar hal-hal keilmuwan. Betapa pentingnya mempersiapkan masa depan generasi setelah kita. Sebagai mahasiswa di jurusan pendidikan, nasihat itu tepat sekali, maka tentu wajar saja, tapi saya tersentuh. Tersentak tepatnya. Dedaunan kering di pohon jiwaku yang tinggi meranggas berguguran luruh perlahan, seiring cahaya kemilauan khayalku yang memburam dan runtuh melihat realita. Kupikir-pikir lagi, ah.. saya banyak sekali menyia-nyiakan hidup.

"Jika makalahmu masih seperti ini, tak usahlah turun demo, bicara ganyang koruptor. Kalian kelak akan menjadi koruptor juga kalo bikin makalah saja sudah kopas. Kalian malas serius belajar, apalagi memperdalam ilmu bahasa arab kalian. Ke malang sana, kalian bakal keok. Lucunya, sudah sejak lama kita begini. Saya dulu waktu mahasiswa juga kayak kalian! Bedanya dulu belum ada internet, jadi kami masih sibuk ke perpus. Lah kalian?". Ya, pak. Apa sih yang terjadi pada kami? Pada generasi ini..

Semoga generasi mu tak seperti kami, ya Si Manis? Aku tahu kau takkan seperti kami. Ah andai semua anak bangsa bisa seperti kau, bangsa ini akan maju lebih cepat. Tapi efek nasihat dosen itu memang dahsyat. Sepanjang pembelajaran saya cuma bisa membisu dan membeo, hatiku tertekuk, otakku tertunduk. Aku malu. Mungkin ini yang Temanku itu maksudkan dengan gugup. Ya gugup. Gugup melihat masa depan. Apalagi ditambah memikirkan hasrat untuk mempersunting kau. Tambah sinting lah saya. Sempurnalah kemasygulanku akan hidup kalau begitu caranya. Beritahu aku, kawan. Apa yang sebaiknya terjadi? Pertanyaan macam apa itu.!

Terakhir, mau kukatakan padamu aku bukan pertama kali ini cemburu. Aku SELALU cemburu sejak kusadari aku suka kamu. Aku terlanjur rendah rendahkan diri. Ndak pede kayak dulu lagi. Saya sering sok asik sendiri. Saya sering sok enak enakan. Padahal sudah itu saya uring-uringan di kamar. Juga mau kubilang, Sang Dosen itu hebat benar, bisa bikin saya depresi setengah mati. Tapi ada bagusnya, saya jadi ndak kepikiran buat macam-macam. Bahkan ngerusak hape teman tadi saya menyesal, tapi ndak sempat galau. Malam ini masih suram juga seperti kemarin, atau malam sebelumnya, dan sebelumnya lagi.

Sekian.
Salam Selalu.

Tidak ada komentar:

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja