Irnawanti

Rabu, 11 April 2012

Guwe Tumpahkan Semua kegalauan guwe disini. Tempat yang mungkin gak bakal dijangkau oleh dia. Oleh Irnawanti Abnurah.

Irnawanti adalah nama yang sedikit aneh kan? Biasanya Irnawati, ato Irawati. ini Irnawanti. Memang banyak yang bilang kalo kata irnawanti sedikit unik. Di bagian wanti nya itu kan? Gw ktemu dgn org yang bernama Irnawanti ini kalo gak salah ingat sekitar 4 tahun lalu, di kota ini. Kota Makassar.

Gue gak mau irna tau kegalauan gue karena dia bakal jengah, n Mandek. Dia mungkin udah sejak lama jengah n eneg sama tingkah laku gw yang gak bisa santai kalo deket-deket ma dia. (Liat fotonya aja gue salting). Terlanjur merasa dicintai, itu mungkin kata yang tepat untuk menggambarkan kegalauan guwe. Parah deh pokoknya.

Gak punya kata-kata yang rasa-rasanya tepat buat ngegambarin cerita ini. Juga gue rasa bakal sulit banget dipahami.

Jadi Ceritanya gue ketemu ma Irna nih di Acara pelatihan di Makassar, tepatnya di UNM Parang Tambung. Irna tuh manis, kecil-kecil orangnya, trus tegar. Ditinggal mati oleh ibu sejak kecil, dipelihara oleh bibinya dan dibesarkan dalam keadaan diperebutkan oleh keluarga bapak n Ibu. Hidup Irna bikin gue terkesan (jujur fisik n tutur katanya juga gue suka). Kelakuannya polos, dia tegas. Untuknya, sebuah batas hubungan adalah batas, kata yang ia keluarkan adalah penetapan, dan Cukup Tuhan yang 1 itu yang bisa ngubah.

Herannya, dalam Acara pelatihan itu gue ama nih anak Akrab banget. Ngobrol bedua di Taman kalo lagi waktu Istirahat, sampe lupa kalo masih ada agenda acara yang mau dihadiri. Jalan bedua di benteng Rotterdam, udah kayak orang pacaran, tapi enggak. Gw ma irna gak pernah pacaran. Gak dulu, n gak juga sekarang. Pas gw beli nomor hp (gw waktu itu gak bwa hape, sama temen2 gw yang dari pesantren saat itu), dia minta nomor hape gue. Malemnya gue pinjem hape irna karena mo ngaktifin nomor gue, entah gimana hape Irna tuh gue pegang sejak malam itu sampai hari terakhir Acara Pelatihan. Gw inget waktu itu dia ngingetin gue satu hal, "Ada satu folder yang gak boleh dibuka". Dan sumpah demi nama Tuhan yang 1 itu, gw gak pernah buka folder itu. Maka sampai sekarang gw masih sedikit penasaran. Apa isi Folder itu.

Irna banyak curhat ma guwe waktu itu, salah satunya ya tentang keluarga n prinsip hidupnya, juga pengalaman pacarannya yang ternyata banyak banget, beda ama gue yang waktu itu baru 1 kali pacaran (itupun lewat telpon) n udah putus pula. Waktu itu dia katanya dalam keadaan lowong, jomblo. Irna waktu itu gak pernah tertawa lepas n gak pernah tepuk tangan, dia heran waktu gue nanyain hal itu, karena cuma gue yang menyadari hal itu dan dia iyakan. Ya, dia memang gak bertepuk tangan dan tak tertawa lepas, juga duduknya tegak. Gw emang sering merhatiin Irna. Sejak hari itu gw merhatiin semua orang, kadang terang-terangan, lebih sering-sembunyi-sembunyi. Gw sekarang gak tahu Irna masih gitu ato gak, tapi katanya di telpon wktu aku telpon (iyalah), katanya sejak bertemu ma gw, dia jadi lebih sering ketawa n gak pacaran lagi. Entahlah, semua itu benar ato gak, Gw sekarang udah gak punya kesempatan untuk menanyakan itu lagi sama dia ato temen-temennya, juga gak punya lagi kesempatan untuk memeperhatikan Irna kayal dulu. Gw sekarang gak tahu di mana dia tinggal. Meskipun 3 bulan lalu gue masih bisa bertatap langsung ma Irna.

Sejak acara pelatihan itu berakhir, secara teknis, gue ma Irna memang gak bisa tatap muka lagi. Aku di Bone, dia di Bantaeng. Tapi telpon n sms tentu punya maksud sendiri untuk dicipta. Maka yang terjadi-terjadilah. Tulisan dan suara, menggantikan kata dan kehadiran. Awal yang manis. Tapi gw tahu berkemabang ke arah yang tak menyenangkan. Kebosanan mungkin selalu tantangan terbesar dalam sebuah hubungan jarak jauh. Mengalahkan rindu.

Irna tanggal lahirmya 26 juni, 1993, tuaan sebulan dari gue yang 26 juli 1993. Kecocokan tanggal yang  buat              gw sedikit berpikir optimis "mungkin ini memang suratan takdir". Tapi itu hanya angka-angka. Apakah faktor ini ikut ambil andil dalam hal menjauhnya Irna dari gw, gw gak tau. Gw cowok culun n bisu di depan Irna yang kecil n mungil ini. Irna juga pernah ngaku lewat telpon kalo dia, sejak ketemu ma aku, jadi gak suka lagi pake celana panjang, apalagi celana pendek. Entah dia wktu itu keliru ngomong, ato dia emamg cepat berubah, yang jelas ketika gue nganter dia ke UNISMUH beberapa bulan lalu, dia pake celana panjang. Tapi seingatku, dia memang cewek berkerudung. Saat gue konfirmasi ulang pengakuannya dulu, dia cuma bilang entahlah. Ya, Entahlah. Entahlah apa yang terjadi antara kita sekarang Irna. Antara Gw ma Lo. Entahlah.

Entahlah, dengan cara apa gue bisa menyambung tali hubungan gue ama nih anak. Facebook? Fb yang sekarang dia pakai, adalah buatan gue, udah dia ubah passwordnya, jadi gak bisa gue apa-apain lagi. Aq berteman ma dia di Fb. Tapi lebih seperti orang tak dikenal rasanya. Gue pernah ngirim-ngirim pesan ma Irna, tapi gak ada yang di bales. Mungkin karena alasan yang tak gw tahu. Mungkin emang gak dia baca waktu tau kalo yang ngirim ternyata adalah Iqbal Sahawi Muhammad. Orang yang dihindarinya. Apakah betul dia menghindar dariku? Benarkah? Entahlah. Kenapa ya? Entahlah. Tak ada penejelasan dari dia. Ahh...!!Gue hampir lupa. HApe? Ajaibnya, dia, terakhir kali gue ketemu 3 bulan yang lalu, tak punya hape. Juga tak punya nomor hape. Seorang Pelajar Diploma 3, bertempat-tinggl di Makassar, berasal dari Bantaeng, dan tak punya keluarga besar di Makassar, tak punya hape. Kenyataan yang sempat buatku sedikit heran tentunya. Tapi bahkan gw pernah berkeputusan untuk tak berhape (dan memang kulakukan), tapi aku memang tinggal dengan keluarga. Maka biarlah, dengan berbagai pertanyaaan masih bercokol di kepala, kuterima hal ini sebagai sesuatu yang wajar.

Sampai sekarang. Setiap malam, setiap hari, gw masih mencoba mengingat-ngingat, dan menduga-duga, apa yang sebenarnya terjadi. Mungkin ada yang kulewatkan. Tentu banyak yang terjadi dalam 3 tahun terakhir, ketika dia gak di samping gue, gak dalam jangkauan mata gue. Fotonya masih gue pasang sebagai wallpaper gue. Di leptop gue masih banyak gue simpan fotonya Irna. Meski dah jarang gue buka. Setiap buka Fbqu, gue bakal singgah di halamannya, meski cuma gue liat-liatin. Gue seneng kalo dia ngupdate status or ngupload foto di Fbxa. Berarti setidaknya fb yang gw bikinin ada gunanya juga buat dia, meskipun orang-orang bilang, bikin fb, apa susahnya sih?. Gue gak lagi comment2 statusnya. Karena menurut pengalamanku, itu malah bakal bikin dia males buka fb. Juga gue hapus beberapa Comment gue yang gue rasa gak seharusnya gue tulis.

Gue rasa, udah saatnya melepaskan harapan gue yang kayaknya egois itu. Gw yakin koq. Gw juga bukan orang yang buruk. Irna cuma belum ngeliat gw aja. Dan memilih pergi sebelum melihat guwe.


Tidak ada komentar:

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja