Tak Ada Jurang Tanpa Dasar

Selasa, 28 Oktober 2014



“Tak ada jurang tanpa dasar, Nak”. Begitu kata orang bijak. Tapi bagaimana kalau mereka keliru? Bagaimana kalau jurang tanpa dasar itu memang ada. Bagaimana kalau ternyata kata-kata itu hanya hadir untuk menjamin sebuah kenyamanan palsu?

Mungkin kata-kata bijak seperti itu tak pernah ada, namun kata-kata itu yang terpikirkan di kepalaku saat memikirkan ini, “Jatuh tanpa henti”.. dan untuk lebih jelasnya, yang kumaksud adalah “Jatuh cinta tanpa henti”. Bukan gagasan yang terlalu manis, kau tahu? Tak seromantis yang kau pikirkan!. Pemikiran aneh dan ngawur ini muncul setelah aku menonton episode terakhir Avatar, The legend Of Korra Chapter Two. Disitu diperlihatkan adegan tatap muka Korra dan Mako yang membahas tentang putusnya hubungan tali cinta antara mereka. Hubungan kita ini takkan berhasil, tapi kita akan saling mencintai selamanya. Betapa mengerikannya.

Seperti orang yang jatuh kedalam sebuah jurang dan tak pernah menyentuh dasar. Kasarnya, aku lebih memilih mati hancur terhempas di dasar jurang, atau patah tulang, atau tertusuk bebatuan runcing dibawah sana daripada harus terus mengambang dalam sebuah ruang hampa. “Jatuh tanpa henti”. Kurasa sensasi yang kurang lebih sama akan terasa saat kau mencintai seseorang tanpa henti, saat kau tahu dia juga mencintaimu juga… tapi takkan pernah satu. Satu detail yang kulupakan. Dalam kasus ini kita bukan mengawang di ruang hampa, atau mengarah ke jurang kosong menganga, melainkan melihat dasar tapi tak pernah mencapainya. Karena ini bukan cinta bertepuk sebelah tangan, ini tepuk dua tangan yang tak pernah bertemu.

Dalam kasusku sendiri, aku tak pernah menjadi pihak aktif yang meninggalkan kekasihnya. Selalu mereka yang meninggalkanku lebih dulu. Dan jujur aku belum melupakan apa-apa, seperti menaruh sebuah bola kaca baru di tempat yang penuh dengan bola kaca lain. Aku hanya menambah stok perasaan baru tanpa bisa benar-benar menghapus perasaan sebelumnya. Aku hanya menambah nama dan peristiwa tanpa sempat menghapus nama dan peristiwa lama. Otakku telah kuformat secara tak sadar untuk meletakkan secara khusus hal-hal seperti ini. Peristiwa tentang cinta, di kepalaku, merekat seperti alteco.

Sekarang aku sedang dekat dengan seseorang bernama Nawu, mungkin hanya aku yang merasakan, tapi aku mulai memperhatikan dia lebih, aku naksir padanya. Tapi aku menyadari keadaanku yang belum bisa sepenuhnya bergerak dari kisah dan perasaan pada orang-orang terdahulu. Jadi aku lebih memilih diam menunggu, memperhatikan tanpa terlalu menarik perhatian. Aku bukan lagi Iqbal yang sama sebelum mengenal perasaan yang banyak orang katakan cinta. Banyak yang berubah dari caraku berhubungan dengan orang, bersosialisasi dengan yang lain. Tapi satu yang tak pernah berubah dari prinsip ku “Aku tak pernah mau menyakiti mereka”. Tapi malah menyakiti semua, karena sikap plin-plan ku ini.

Ah.. Kuharap nanti bisa ketemu Avatar The Legend Of Korra, Chapter Three… Supaya aku tahu, apa yang selanjutnya terjadi antara Mako dan Korra. Apakah memang ada jurang yang dasarnya tak tergapai, selama apapun kita jatuh? Atau jawabannya akan datang menemuiku, lebih dulu dari itu.?

Salam Selalu.

Tidak ada komentar:

 

Popular Posts

Tags

Akun (1) blegok (6) Catatan luka (36) DerapLangkah (11) gemes (1) Giyatta (7) Giyatta!! (3) HujanDeras (9) IN-g-AT (13) Kacau (31) KAYLA (3) LucuB (5) Mimpi (8) Minat n pengen (11) Naskah (7) Pesan (5) Puisi (4) salute (5) Sejuta hidup Sehari (45) Serius dikit (11) Shadowlight (16) SuPistik (6) tapi gak bakat (4) Ups (5) Wisata (7)

Ketikkan Saja