Terlanjur. Aku sudah membuka Microsoft Word, jadi harus menulis.
Menulis, bahkan jika aku tak tahu apapun untuk ditulis. Menulis, bahkan jika
besok dunia kiamat sekalipun. Hey guys.! Bicara soal kiamat, kebayang gak kalo
peristiwa seperti yang diperkirakan suku maya itu beneran kejadian? Yahh,
meskipun kiamat model 2012 itu bukan model kiamat yang kita “elu-elukan”.
Gimana rasanya yah?
Daratan-daratan bumi ancur berantakan gara-gara pemanasan global yang
disebabkan oleh lidah matahari yang membesar, menyebabkan suhu bumi gak stabil.
Gak pada takaran yang biasanya. Panas bumi yang merupakan pentenaga gravitasi,
yang intinya ada pada inti bumi memanas secara tak wajar. Saluran-saluran
lahar, ato lava, atao magma, ato apalah namanya, aq tak tahu, jadi gak
karu-karuan karena memuai. Trus bumi meledak di sebagian tempat. Meladak men!!
Meledak! MALADAK!!!. Trus, trus, es yang ada di kutub utara mencair, maka bumi
dilanda banjir banding! Ah, maksudnya banjir bandang!! Udah, ah. Koq malah
resensi film? Trus, orang orang berlarian!! TRUS!! TRUS!! PRESIDen AMekrika
Serkitat PAANNIICK!! TRUSSS!! TRUSS!!
Udah kayak tukang parkir aja nih.
Tadi aku sempat stress berat, berhubung charger laptop guwa rusak.
Kabel-nya pada putus, tepat di tempat dimana menyambungnya akan terasa sangat
sulit. Dan ternyata tidak hanya sekedar terasa, tapi memang sulit nyatanya. Dan
ternyata tidak sekedar nyatanya, namun memang sulit. Dan ternyata tidak sekedar
memangnya, tapi betul sulit. Sulit. Oke, gue rasa lu udah dapaet intinya yah?
Intinya sulit. SULIT. (diulangin lagi biar mantep).
Oke, sulit. Hidup ini sulit,
nulis kayak gini aja sulit. Gimana nanti kalo nyusun skripsi yah? Pasti lebih sulit. Akankah sulitnya
menyusun skripsi itu sesulit mencuri uang di bank century? (entahlah, jangan
Tanya aku kenapa ada bank Century di situ), yang pasti tak sesulit mencuri
permen dari tangan bayi. Dan apakah memang gampang mencuri permen dari tangan
bayi? Bagaimana kalo bayi itu adalah anak pak SBY? Atau cucunya mungkin (jangan
Tanya pula aku, kenapa ada pak SBY disitu).
Nah, sulit. Sulit sekali menulis seperti ini. Mengawang-ngawang tak
tentu arah, tak ada tempat bersandar, tak ada dasar. Sulit, sulit, sulit
(diulangin tiga kali, biar mantap n kayak upin-ipin). Nah, Upinkah yang ber-style
3 kali seperti itu? Ipin kah? Ataukah kedua-duanya? Mungkin kita bisa tanyakan
hal ini pada menteri pendidikan. Atau mungkin anak filsafat tahu sesuatu. Sapa
tahu?
Nah, mari kubawa kembali kau ke masalah charger ku yang rusak itu.
Charger laptopku. (sekedar ngingetin).
Beralatkan plester bening, gunting dan semangat secukupnya, aku
menghadapi charger jahannam ini. Sungguh menjengkelkan, karena aku tak memakai
solder sama sekali, dan kabel yang ingin kusambungkan, tak sama panjang antara
dia dan tetangganya. Oh, betapa menjengkelkan kehidupanku beberapa menit tadi.
Setiap ingin kurapatkan dan kurekatkan dengan selotip, selalu dia mencuat ke
atas dan tak nyambung lagi. Sungguh bukan sesuatu yang kuharapkan. Hanya
beberapa menit aku berkutat dengan charger ini, namun rasanya seperti sudah
berabad-abad.
Aku gondok sepenuh hati, benci penuh seluruh. Jika saja efek
membantingkan selotip keren, sudah kubanting selotip itu dari tadi, sayangnya
efek selotip ketika dibanting sama sekali tidak keren. Selotip gulung bening
yang besar ini, jika dibanting akan memantul di lantai dan berhubung medan yang
berbahaya, sangat memungkinkan pantulan nya akan mengenai mataku, hal yang
sangat tidak keren. Gunting. Efek membanting gunting sebenarnya lumayan keren.
Bingkas! Patah dua, juga tak ada resiko memantul. Namun perbaikan akan sulit,
dan aku dimarahi bapak dan mama.
Apakah akhirnya aku gila? Meskipun rasa-rasanya hampir, untunglah
tidak. Sebuah bahan canggih akhirnya memberiku ilham bagaimana cara memperbaiki
charger ini. Karet gelang! Ya, bahan mulia itu adalah karet gelang. Pernahkah
kawan-kawan terpikir tentang bagaimana karet gelang ini terbentuk.? Sebuah
kegiatan yang memang tak menghasilkan uang, tapi kenapa pula setiap kegiatan
harus diukur dari segi uang yang dihasilkan kegiatan itu? Nah, kembali ke karet
gelang. Mari pikirkan sama sama bagaimana sampai karet gelang itu bisa kejadian
ya?
Mikir…..
Mikir…. Mikiiiirr……
Miii…..kkkiiirrr…..
Miiiiii…….
Maaf kawan, gue nyerah. Bayangan sekalipun tak ada yang bisa mengantar saya pada
terbentuknya karet gelang. Bayangan yang muncul justru bayangan Mi. Bagaimana
dengan kalian? Ada yang sudah terbayang bagaiamana makhluk bernama karet gelang
terbentuk? Ok. Kuakui itu pertanyaan sulit. Dan sekalipun terjawab pun mungkin
tak ada gunanya.
Yak, kembali ke charger laptopku yang malang. Bahan mulia tadi (karet
gelang), saya pakai untuk membelit leher charger sampai kaku sekaku-kakunya.
Seperti kuku kaki yang kaku-kaku karena tertusuk paku-paku. Setelah saya
selesai dengan leher charger, saya memandang hasil kerja saya dengan
(sebenarnya sih, tidak) takjub. BErkat itu, laptop saya jadi bisa difungsikan.
Yayy!! 2 jempol untuk saya dan ide cemerlang saya.
Beberapa hari kemudian (dilarang ketawa!!) laptop saya (dilarang
tertawa) di servis besar-besaran di computer city Makassar karena ada masalah
serius pada chargernya. Saya mohon jangan tertawa.
Maka, dari pengalaman ini saya belajar. Bahwa charger laptop tak bisa
dengan mudah diperbaiki. Apalagi jika kau hanya berbekal gunting dan selotip.
Lebih parah lagi jika ternyata anda hanya anak jurusan Pendidkan Bahasa Arab
yang sok tahu masalah perkabelan computer. Dalam kasus itu, bahan mulia setara
karet gelang pun tidak terlalu membantu.
Karena saya memang asli penasaran, saya tutup tulisan ini dengan 1
pertanyaan pelik.
Siapa penemu karet gelang?
Sekian. Salam damai selalu.
Salam selalu.
Selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar