“Tak ada jurang tanpa dasar,
Nak”. Begitu kata orang bijak. Tapi bagaimana kalau mereka keliru? Bagaimana
kalau jurang tanpa dasar itu memang ada. Bagaimana kalau ternyata kata-kata itu
hanya hadir untuk menjamin sebuah kenyamanan palsu?
Mungkin kata-kata bijak seperti
itu tak pernah ada, namun kata-kata itu yang terpikirkan di kepalaku saat
memikirkan ini, “Jatuh tanpa henti”.. dan untuk lebih jelasnya, yang kumaksud
adalah “Jatuh cinta tanpa henti”. Bukan gagasan yang terlalu manis, kau tahu?
Tak seromantis yang kau pikirkan!. Pemikiran aneh dan ngawur ini muncul setelah
aku menonton episode terakhir Avatar, The legend Of Korra Chapter Two. Disitu
diperlihatkan adegan tatap muka Korra dan Mako yang membahas tentang putusnya
hubungan tali cinta antara mereka. Hubungan kita ini takkan berhasil, tapi
kita akan saling mencintai selamanya. Betapa mengerikannya.
Seperti orang yang jatuh kedalam
sebuah jurang dan tak pernah menyentuh dasar. Kasarnya, aku lebih memilih mati
hancur terhempas di dasar jurang, atau patah tulang, atau tertusuk bebatuan
runcing dibawah sana daripada harus terus mengambang dalam sebuah ruang hampa.
“Jatuh tanpa henti”. Kurasa sensasi yang kurang lebih sama akan terasa saat kau
mencintai seseorang tanpa henti, saat kau tahu dia juga mencintaimu juga… tapi
takkan pernah satu. Satu detail yang kulupakan. Dalam kasus ini kita bukan
mengawang di ruang hampa, atau mengarah ke jurang kosong menganga, melainkan melihat
dasar tapi tak pernah mencapainya. Karena ini bukan cinta bertepuk sebelah
tangan, ini tepuk dua tangan yang tak pernah bertemu.
Dalam kasusku sendiri, aku tak
pernah menjadi pihak aktif yang meninggalkan kekasihnya. Selalu mereka yang
meninggalkanku lebih dulu. Dan jujur aku belum melupakan apa-apa, seperti
menaruh sebuah bola kaca baru di tempat yang penuh dengan bola kaca lain. Aku
hanya menambah stok perasaan baru tanpa bisa benar-benar menghapus perasaan
sebelumnya. Aku hanya menambah nama dan peristiwa tanpa sempat menghapus nama
dan peristiwa lama. Otakku telah kuformat secara tak sadar untuk meletakkan
secara khusus hal-hal seperti ini. Peristiwa tentang cinta, di kepalaku,
merekat seperti alteco.
Sekarang aku sedang dekat dengan
seseorang bernama Nawu, mungkin hanya aku yang merasakan, tapi aku mulai memperhatikan
dia lebih, aku naksir padanya. Tapi aku menyadari keadaanku yang belum
bisa sepenuhnya bergerak dari kisah dan perasaan pada orang-orang terdahulu.
Jadi aku lebih memilih diam menunggu, memperhatikan tanpa terlalu menarik
perhatian. Aku bukan lagi Iqbal yang sama sebelum mengenal perasaan yang banyak
orang katakan cinta. Banyak yang berubah dari caraku berhubungan dengan orang,
bersosialisasi dengan yang lain. Tapi satu yang tak pernah berubah dari prinsip
ku “Aku tak pernah mau menyakiti mereka”. Tapi malah menyakiti semua, karena
sikap plin-plan ku ini.
Ah.. Kuharap nanti bisa ketemu Avatar
The Legend Of Korra, Chapter Three… Supaya aku tahu, apa yang selanjutnya
terjadi antara Mako dan Korra. Apakah memang ada jurang yang dasarnya tak
tergapai, selama apapun kita jatuh? Atau jawabannya akan datang menemuiku,
lebih dulu dari itu.?
Salam Selalu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar